Timika (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Asmat, Provinsi Papua, selama dua tahun terakhir tidak bisa menyelenggarakan "Festival Budaya Asmat" lantaran terhambat pandemi COVID-19.
Bupati Asmat Elisa Kambu di Timika, Senin mengatakan kegiatan Festival Budaya Asmat sesungguhnya menjadi agenda rutin tahunan pemkab setempat bersama Gereja Katolik Keuskupan Agats untuk memperkenalkan sekaligus menjadi ajang pemajangan seni ukiran masyarakat Asmat yang sudah terkenal ke berbagai penjuru dunia.
Biasanya, kata dia, setiap tahun kegiatan tersebut berlangsung pada Bulan Oktober.
"Itu kegiatan rutin kami setiap tahun. Hanya saja dalam dua tahun ini tidak bisa kami laksanakan karena adanya pandemi COVID-19. Tahun lalu tidak bisa diselenggarakan, tahun ini juga tidak bisa. Kita semua berdoa dan berharap semoga pandemi COVID-19 segera berlalu, sehingga tahun-tahun berikutnya kegiatan Festival Budaya Asmat bisa diselenggarakan lagi," kata Kambu.
Menurut bupati, kegiatan Festival Budaya Asmat sudah menjadi kalender tahunan di daerahnya sebagai sarana memperkenalkan sekaligus sebagai ajang penilaian ukiran terbaik hasil kreasi para pemahat Suku Asmat yang tersebar di berbagai distrik (kecamatan).
Kegiatan itu, menurut dia, sekaligus menjadi daya tarik para wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.
"Festival Budaya Asmat sudah menjadi ikon kami di Asmat. Sudah tentu kalau diselenggarakan, maka menjadi sarana yang sangat baik bagi masyarakat untuk memperkenalkan dan menjual hasil ukiran mereka. Dampak ekonominya sangat besar bagi masyarakat kami di Asmat melalui festival ini," kata Bupati Kambu.
Kegiatan Festival Budaya Asmat telah diadakan sejak 1981. Kegiatan ini sempat terhenti beberapa kali, namun kemudian rutin digelar setiap tahun. Festival ini lahir dari inisiatif Gereja Katolik Keuskupan Agats yang bertujuan melestarikan nilai-nilai budaya Asmat.
Kabupaten Asmat yang terletak di pesisir selatan Papua dan berhadapan langsung dengan Laut Arafura merupakan pemekaran dari Kabupaten Merauke. Pada 2003, Asmat mendapat pengakuan dari UNESCO sebagai situs warisan dunia.
Pewarta: Evarianus Supar
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2021