Jakarta (ANTARA News) - PT Garuda Indonesia memperkirakan kerusakan sistem teknologi informasi "integrated operation control system" (IOCS) akan berlanjut dalam satu atau dua hari ke depan karena sistem ini baru pulih sekitar 80 persen sampai hari ini (22/11).

"Jadi, kami menyampaikan permohonan maaf bila masih ditemui ketidaknyamanan dalam pelayanan," kata Dirut PT Garuda Indonesia, Emirsyah Satar, dalam keterangan pers di Jakarta, Senin petang.

Emirsyah memberikan contoh, untuk keberangkatan Selasa (23/11) 13 penerbangan ke enam kota dibatalkan.

Direktur Niaga Garuda Indonesia Agus Priyanto merinci, penerbangan yang dibatakan adalah menuju Kuala Lumpur satu kali, Medan dua kali, Palembang empat kali, Semarang tiga kali, Ujung Pandang satu kali dan Surabaya dua kali.

Dia memaparkan, beberapa nomor penerbangan yang dibatalkan antara lain GA818-GA819 ke Kuala Lumpur, GA188-GA191 ke Medan, ke Palembang GA110-GA113, ke Semarang GA114-GA117, ke Ujung Pandang GA118-GA121, ke Surabaya GA124-GA111.

Dia menjelaskan, para penumpang yang sudah mengantongi tiket sudah dikabari untuk menggeser penerbangan ke terdekat atau ditunda penerbangannya sampai keesokan hari.

"Garuda akan memberi prioritas penerbangan bagi penumpang yang sudah memegang tiket sampai pukul 11.00 WIB siang tadi. Sementara untuk reservasi baru akan kami tutup sampai tanggal 24 November sehingga tidak terjadi penumpukan," tambah Agus.

Emirsyah melanjutkan, penyebab kacaunya sistem baru itu diawali dari terlepasnya salah satu kabel penghubung pada sistim IOCS dan Garuda belum menyiapkan sistem pendukung memadai (back up).

"Akibatnya sistem down selama empat jam pada 19 November 2010 dan akibat berantai puncaknya adalah pada 21 November kemarin," katanya.

Padahal, sebagaimana disampaikan EVP Corporate Strategis dan IT Service, Elisa Lumbantoruan, perangkat lunak dan keras dalam kondisi baik.

"Kejadian semacam ini, belum pernah terjadi dan dialami maskapai lain di dunia," kata Elisa.

Emirsyah memprediksi perusahaannya berpotensi rugi ratusan juta rupiah. "Misalnya kami menginapkan sekitar 800 penumpang di hotel sekitar Rp250 jutaan dan potensial lost lainnya sekitar Rp350 juta," katanya.

Sementara itu Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Herry Bakti S. Gumay menghimbau Garuda Indonesia untuk kembali menggunakan sistem manual.

"Harusnya mereka mengembalikan sistem manual, kalau tidak beres juga kami akan memberi peringatan," tegasnya.

Herry sudah menegur Garuda agar jangan sampai perubahan sistem itu mengacaukan pelayanan pada penumpang.

"Harus ada informasi yang jelas kepada penumpang yang mengalami `delay` apalagi penerbangannya dibatalkan, supaya penumpang tidak terkatung-katung di bandara," demikian Herry.

Garuda menerapkan sistem untuk memonitor pergerakan pesawat, pergerakan awak kabin, dan sistem untuk memonitor jadwal penerbangan secara manual dan sendiri-sendiri.

Melalui "IOCS" semua sistem itu diintegrasikan dan direncanakan mengatur secara terpadu kegiatan penerbangan Garuda yang melibatkan 81 pesawat, 580 penerbang, 2.000 awak kabin, dan penerbangan yang mencapai 2.000 setiap minggunya.(*)

E008/AR09

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010