Hal itu disampaikan IFRC dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA di Jakarta pada Senin.
IFRC menyatakan bahwa lonjakan kasus COVID-19 berdampak pada kapasitas rumah sakit di Vietnam, Malaysia, hingga Myanmar yang disebabkan peningkatan kekhawatiran pada angka kematian yang mungkin akan melonjak karena penyebaran virus yang pesat di area perkotaan.
Menurut data dari John Hopkins University, Asia Tenggara dalam dua minggu terakhir mencatat sekitar 38.522 kematian akibat COVID-19.
"Kenaikan kasus COVID-19 di Asia Tenggara terjadi karena varian Delta yang mengakibatkan orang kehilangan banyak anggota keluarga secara tragis dan ini masih akan berlanjut," kata Direktur Asia Pasifik IFRC Alexander Matheou.
Matheou mengaku khawatir dengan penyebaran virus di wilayah Asia Tenggara yang terjadi mulai dari perkotaan hingga pedesaan akan mengakibatkan lagi banyak nyawa yang hilang karena distribusi vaksin yang belum merata.
"Tingkat vaksinasi di Asia Tenggara sudah optimal di beberapa negara akan tetapi masih banyak negara yang memiliki tingkat vaksinasi yang rendah. Hal ini sangat jauh dibandingkan dengan negara-negara di Eropa Barat dan Amerika Serikat," ujarnya.
Menurut Our World in Data Universitas Oxford, Kanada dan Spanyol telah menvaksin sekitar 64 persen populasinya lalu diikuti dengan Inggris sekitar 60 persen dari populasinya.
Sementara itu, di Asia Tenggara, Malaysia baru memvaksin sekitar 34 persen populasinya, Filipinia 11 persen, dan Vietnam dengan tingkat vaksinasi kurang dari 2 persen.
Kemudian di Indonesia sekitar 57 juta dari populasinya telah mendapat vaksin pertama dan 31 juta telah divaksin penuh, berdasarkan data per 18 Agustus 2021.
Vietnam dan Thailand merupakan negara-negara yang mencatat jumlah kasus COVID-19 dan angka kematian tertinggi akibat infeksi virus corona di Asia Tenggara.
Di Indonesia, pemerintah mencatat sekitar 100.000 kematian akibat COVID-19 pada 22 Agustus 2021.
Sebanyak 7 dari 10 negara yang mengalami tingkat kematian tertinggi akibat COVID-19 berada di Asia dan Pasifik. Vietnam, Fiji, dan Myanmar menduduki peringkat kelima tertinggi, menurut Our World in Data Universitas Oxford.
"Kita harus mengupayakan agar negara-negara yang memilliki dosis vaksin berlebih untuk dapat membantu distribusi dosis vaksin ke negara-negara di Asia Tenggara. Kita juga membutuhkan dukungan dari pemerintah dan produsen vaksin untuk meningkatkan kapasitas produksi dan teknologi," kata Matheou.
"Beberapa minggu ke depan adalah masa kritis untuk meningkatkan perawatan, pemeriksaan, serta vaksinasi di Asia Tenggara dengan menargetkan 70-80 persen tingkat vaksinasi jika ingin menang melawan varian-varian baru dan pandemi global ini," tambahnya.
Hingga tingkat vaksinasi berada pada angka yang optimal maka upaya melanjutkan peningkatan kesadaran terkait implementasi protokol kesehatan sangatlah penting.
IFRC merupakan jaringan kemanusiaan terbesar yang terdiri dari 192 Perhimpunan Nasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah yang memiliki tugas utama untuk meningkatkan taraf hidup dan mempromosikan martabat serta integritas di dunia.
Baca juga: Para ahli dari EU dan ASEAN berbagi kiat terkait vaksin
Baca juga: Filipina kembali catat lonjakan tertinggi corona di Asia Tenggara
Baca juga: Para pemimpin Asia Tenggara sepakat bekerja sama perangi virus corona
Pewarta: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2021