Sebelumnya kami mendapat laporan dua gajah itu muncul selama kurang kurang satu bulan

Pekanbaru (ANTARA) - Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Wilayah I, Riau bersama tim gabungan telah berhasil metranslokasi dua gajah yang dilaporkan muncul di kebun masyarakat di kawasan hutan Kecamatan Peranap, Kabupaten Indragiri Hulu.

"Proses translokasi ini dilakukan selama tiga hari, sejak Rabu sampai Jumat kemarin," kata Kepala Bidang KSDA Wilayah I Andri Hansen kepada wartawan
di Pekanbaru, Minggu.

Menurut Hansen, translokasi satwa dilindungi itu dibantu tim Balai Besar KSDA Riau, Balai TNTN, Polsek Peranap, Koramil 05 Peranap, aparat Kecamatan Peranap, Yayasan TNTN, dan beberapa perusahaan.

Baca juga: LSM desak hukuman berat bagi pelaku pembantaian gajah di Aceh

“Proses translokasi yang kami rencanakan berhasil terhadap dua ekor gajah liar tersebut diketahui masih remaja berjenis kelamin jantan, mereka diberi nama “Kaesang dan Dodo"," jelas Hansen.

Upaya translokasi ini, jelas Hansen dilakukan setelah pihaknya mendapat laporan dua gajah tersebut telah merusak kebun warga di sekitar Kecamatan Peranap tepatnya di Kelurahan Peranap dan Desa Semelinang Darat.

“Sebelumnya kami mendapat laporan dua gajah itu muncul selama kurang kurang satu bulan,” ucap Hansen.

Baca juga: Polres Aceh Timur menangkap lima pelaku pembunuhan gajah

Hansen menyebutkan sebelumnya tim gabungan juga telah beberapa kali melakukan upaya penggiringan ke habitatnya namun belum berhasil.

“Langkah translokasi ini karena kami juga menemukan beberapa barang yang diduga mengancam hidup gajah liar ini,” ungkap Hansen.

Hansen menjelaskan, kronologis pelaksanaan translokasi dilakukan sejak Rabu (18/8) memobilisasi seluruh tim ke lokasi dibantu tiga ekor gajah latih PLG Minas (Bangkin, Indah dan Yopi).

Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan terjadi, tim gabungan terlebih dahulu berkoordinasi dan menyosialisasikan kegiatan kepada pihak pemerintah daerah maupun aparat setempat dilakukan.

Baca juga: KLHK sebut 46 gajah mati di Aceh dalam kurun waktu tujuh tahun

“Untuk meminimalisasi kemungkinan hal-hal yang tidak diinginkan, kami terlebih dahulu menggelar rapat bersama Camat Peranap, Lurah Peranap, Kades Semelinang Darat, Baturijal, Kapolsek Peranap; Danramil 05 Peranap serta tokoh masyarakat,” sebut Hansen.

Usai menggelar rapat, pada Kamis (19/8) sekitar pukul 02.30 WIB dini hari, tim medis dan tim evakuasi bersama gajah latih yang diberangkatkan pun tiba di lokasi.

Pelatih langsung menempatkan gajah latih di kebun masyarakat yang telah disepakati. Selanjutnya, langsung melakukan koordinasi keamanan saat pelaksanaan maupun akses jalan dari lokasi evakuasi menuju translokasi segera disiapkan.

“Sekitar pukul 18.00 WIB, gajah liar mendekati dan makan bersama dengan gajah latih, sehingga tim akhirnya memutuskan segera dilakukan tindakan evakuasi,” jelas Hansen.

Langkah translokasi berhasil sekitar pukul 20.00 WIB, dan tim gabungan langsung melakukan tindakan evakuasi.

“Penangkapan dua gajah itu berhasil dilakukan berhasil sekitar pukul 24.00 WIB,” ucap Hansen.

Jalannya proses evakuasi, ungkap Hansen, berjalan cukup panjang hingga pukul 04.00 WIB dini hari. Setelah itu, kedua gajah langsung dinaikkan ke dalam mobil angkut.

Dari lokasi, selanjutnya dihari Jumat (20/8) sekitar pukul 04.00 WIB dini hari, tim gabungan langsung melakukan translokasi gajah liar menuju kawasan Taman Nasional Teso Nillo (TNTN).

“Dua gajah tu disepakati diberi nama Kaesang dan Dodo,” jelas Hansen.

Kemudian, sekitar pukul 09.00 WIB, bersama gajah latih dua gajah liar tersebut telah tiba di lokasi pelepasliaran yang berada di kawasan TNTN.

“Saat ini dua gajah liar itu telah dilepasliarkan dan bergabung dengan kelompoknya yang berada pada salah satu kantong gajah yang ada di Provinsi Riau,” tutur Hansen.

Hansen menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah bersama melakukan upaya evakuasi dan translokasi.

“Terimakasih kami sampaikan kepada seluruh masyarakat Kecamatan Peranap dan sekitarnya yang telah kondusif serta tidak anarkhis terhadap satwa gajah sumatera,” kata Hansen.

Pewarta: Frislidia
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2021