New Delhi (ANTARA) - Pemerintah India pada Jumat (20/8) menyetujui penggunaan darurat "vaksin COVID-19 berbasis DNA asli buatan India sekaligus yang pertama di dunia", menurut pernyataan resmi.

Menurut Kementerian Sains dan Teknologi India, perusahaan farmasi India Zydus Cadila diberikan persetujuan untuk vaksin ZyCoV-D tiga dosis yang dikembangkannya.

Selain pada populasi orang dewasa, vaksin itu juga dapat diberikan pada kaum remaja berusia 12-18 tahun.

Kementerian mengatakan vaksin tersebut "menghasilkan protein virus SARS-CoV-2 yang melimpah dan memberikan respons imunitas, yang berperan penting sebagai pelindung serta pemberantas virus."

"Teknologi plug-and-play yang menjadi dasar platform plasmid DNA dapat dengan mudah diselaraskan untuk menangani mutasi pada virus, seperti yang sudah terjadi," katanya.

Baca juga: PM India terima suntikan vaksin virus corona produksi dalam negeri

Ia menambahkan bahwa vaksin itu dikembangkan melalui kemitraan dengan Departemen Bioteknologi pemerintah India.

Hasil sementara dari uji klinis Tahap III, yang melibatkan lebih dari 28.000 partisipan, vaksin tersebut menunjukkan efikasi utama 66,6 persen, kata kementerian.

Kementerian itu menambahkan bahwa ZyCoV-D merupakan uji coba vaksin COVID-19 terbesar yang pernah ada di India.

Negeri Bollywood itu kini memiliki enam vaksin resmi yang digunakan di dalam negeri. Vaksin Zydus Cadila merupakan vaksin buatan sendiri kedua setelah Covaxin, yang diproduksi oleh perusahaan farmasi Bharat Biotech.

Hingga Jumat (20/8) pagi, 570 juta lebih dosis vaksin telah diberikan di India, menurut data Kementerian Kesehatan.

Infeksi COVID-19 di India bertambah 36.571 dalam sehari sehingga mencapai 32,3 juta kasus, dengan total 433.589 kematian, termasuk 540 lebih kematian baru.

Sumber: Anadolu

Baca juga: India klaim Covaxin 93,4 persen ampuh lawan COVID parah

Baca juga: Kekurangan vaksin di India reda, dosis suntikan lampaui pendaftaran


Kondisi wabah COVID di perdesaan India: tanpa tes, tanpa perawatan

Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2021