Ketua Tim Tanggap Gawat Darurat (Tagana) Dinas Sosial (Dinsos) Provinsi Sulawesi Barat, Amri, dari lokasi kejadian di Mamuju, Sabtu, mengatakan, sebagian korban banjir tinggal di pengungsian karena rumah mereka terseret banjir bandang yang datang tiba-tiba pada Jumat (19/11) sekitar pukul 23,00 Wita.
"Bencana ini mengakibatkan sedikitnya sembilan rumah terseret banjir bandang setelah daerah ini dilanda hujan sehari semalam," kata dia.
Ia mengatakan, tim SAR dari Tagana menurunkan 30 personel termasuk tim dari kabupaten untuk membantu mengevakuasi korban.
"Korban musibah banjir yang rumahnya masih utuh sudah kembali ke rumah mereka dan bagi yang rumahnya rusak parah masih ditampung di tempat pengungsian dengan menggunakan tenda darurat," papar dia.
Amri mengemukakan bahwa bencana itu tidak menimbulkan korban jiwa karena para warga telah mengungsi sebelum rumah mereka terseret air.
"Kerugian materiil dalam peristiwa itu mencapai ratusan juta rupiah karena selain menghanyutkan rumah penduduk banjir juga membuat pemukiman warga setempat terendam, serta tanaman seperti padi dan jagung milik petani rusak akibat direndam banjir tersebut," katanya.
Ia mengemukakan, secara umum para pengungsi masih dalam kondisi yang baik meski pun mereka harus menggunakan tenda darurat.
"Pemerintah telah memberikan fasilitas yang dibutuhkan bagi korban banjir termasuk memberikan bantuan sembako, selimut maupun kebutuhan obat-obatan," ungkap Amri.
Sebelumnya, Bupati Mamuju, Suhardi, mengatakan, warga korban banjir yang rumahnya hanyut dan terendam telah mengungsi di tempat aman dengan difasilitasi pemerintah yang membangunkan mereka tenda darurat, sementara selebihnya mengungsi di rumah keluarganya sambil menunggu air banjir surut.
"Pemerintah telah membantu para korban banjir tersebut yang diprediksi mencapai ratusan kepala keluarga (KK) dengan memberikan bantuan tenda darurat sebagai tempat mengungsi sementara," katanya.
Selain memberikan bantuan berupa tenda pemerintah di Mamuju juga telah memberikan bantuan pangan masyarakat korban banjir yang mengungsi itu, berupa beras, mie, dan ikan kaleng.
"Bantuan pangan yang diberikan akan cukup memenuhi kebutuhan korban banjir selama di pengunsian," katanya.
Ia menjelaskan penyebab banjir di Desa Pokkan karena dipicu meluapnya Sungai Kalukku yang mengalami penyempitan. Pemerintah perlu menormalisasi sungai itu agar kembali lebar.
"Penyempitan sungai Kalukku membuat banjir di Pokkang terjadi, pemerintah pusat harus membantu daerah ini untuk melakukan normalisasi sungai Kalukku agar kembali lebar, kalau tidak banjir seperti ini akan menjadi langganan warga," katanya.
(KR-ACO/Z002/S026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010