kemitraan usaha besar dan usaha kecil sedang kami dorong. Ada insentifnya dan sebagainya, supaya yang besar dan yang kecil enggak tubrukan

Purbalingga (ANTARA) - Menteri Koperasi, Usaha dan Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki mengharapkan sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dapat tumbuh dan terintegrasi dengan industri nasional.

"UMKM di kita banyak dalam bentuk usaha mandiri, memproduksi produk-produk yang end product, final product. Ke depan, dan di sini sudah ada (yang) mulai, bagaimana produk UMKM itu menjadi bagian dari supplay chain (rantai pasokan, red.) industri nasional, industri global," katanya di Pendopo Dipokusumo, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, Sabtu.

Dia mengungkapkan, UMKM di China, Jepang, dan Korea Selatan dapat tumbuh besar serta ekspornya juga besar, sedangkan UMKM dari Indonesia baru 14 persen, hal itu disebabkan UMKM di sana terhubung atau menjadi bagian dari rantai pasokan industri nasional.

"Misalnya di ,sini (Purbalingga, red.) sudah ada pabrik knalpot. Knalpot itu kan produksi komponen untuk industri automotif. Kita memang enggak usah, mungkin bikin satu mobil karena itu butuh teknologi, modal ini, keahlian yang banyak. Tapi kalau kita bisa memroduksi satu knalpot, bisa menyuplai industri automotif dunia, kan besar juga, kita harus mulai dengan itu," kata Teten menegaskan.

Menteri menginginkan UMKM bukan hanya tetap sebagai ekonomi subsistem atau ekonomi rumah tangga, tapi harus tumbuh dan terintegrasi dengan industri nasional.

"Oleh karena itu, di Undang-Undang Cipta Kerja, kemitraan usaha besar dan usaha kecil sedang kami dorong. Ada insentifnya dan sebagainya, supaya yang besar dan yang kecil enggak tubrukan. Memang dalam skala market, misalnya dalam skala yang sempit, UMKM yang memroduksi kacang misalnya, tapi kalau mau gede nanti tubrukan dengan Garuda Food, Indofood, kan begitu, pasti kalah yang kecil ini," kata Teten.

Terkait dengan hal itu, dia mengatakan pihaknya mendorong pengembangan UMKM melalui rantai pasokan industri nasional tersebut supaya antara yang kecil dan besar terintegrasi serta maju bersama-sama.

Sementara itu Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi menjelaskan berbagai potensi yang dimiliki Kabupaten Purbalingga, bahkan beberapa di antaranya telah diekspor ke berbagai negara.

Dia mencontohkan komoditas pertanian berupa buncis "Kenya" telah diekspor ke Singapura serta gula kelapa yang diekspor ke Yunani dan beberapa negara di Eropa lainnya maupun Amerika.

"Kita juga memberdayakan kopi di Gunung Malang yang sebagian besar sudah diserap oleh Starbucks yang terkenal di dunia termasuk di Indonesia," katanya.

Selain itu, kata dia, knalpot yang diproduksi UMKM Purbalingga juga telah diekspor hingga Jerman untuk memenuhi kebutuhan industri automotif.

Dalam kesempatan tersebut, Tiwi panggilan akrab Bupati Purbalingga, juga memaparkan keberadaan industri bulu mata dan rambut palsu di Purbalingga yang konon merupakan terbesar kedua setelah Guangzhou, China.

"Sebentar lagi, dengan keberadaan bandara (Bandara Jenderal Besar Soedirman Purbalingga, red.) akan didirikan pabrik bulu mata terbesar di dunia, menyerap tenaga kerja hampir 15 ribu orang. Insya Allah ini akan segera didirikan, tahun 2022 akan segera diresmikan, mudah-mudahan Pak Presiden bisa hadir," katanya.

Dalam kunjungannya di Purbalingga, Menkop-UKM Teten Masduki melakukan panen buncis Kenya di Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, serta meresmikan gerai pasar tani "Tani Bangga Store" di Desa Gemuruh, Kecamatan Padamara, dilanjutkan melepas ekspor buncis Kenya dengan tujuan Singapura.


Baca juga: Menkop UKM apresiasi korporatisasi pertanian di Purbalingga

Baca juga: Teten Masduki: Digitalisasi mempercepat perluasan pembiayaan UMKM

Baca juga: Menkop UKM minta sinergi semua pihak bantu UMKM terdampak PPKM

Pewarta: Sumarwoto
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2021