Bengkulu (ANTARA News) - Akibat habitatnya semakin terdesak dan terus menyempit, sebanyak 17 ekor gajah Sumatera (Elephas maximus sumatrae) Senin (19/1) lalu memporakporandakan kebun sawit masyarakat di Desa Dusun Pulau Kecamatan Putri Hijau Kabupaten Bengkulu Utara,kata staf Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) BKSDA Bengkulu, Ramon Dias saat dihubungi ANTARA, Jum`at.
"Dari kesaksian masyarakat tidak kurang dari 17 ekor gajah memporakporandakan kebun sawit dan pondok petani di Dusun Pulau,"kata Ramon.
Dari pantauan tim Mitigasi KOnflik dan Monitoring Gajah (MKMG) kerjasama antara BKSDA dan Flora Fauna International (FFI), jumlah gajah yang merusak kebun dan satu buah pondok tersebut juga tidak terlalu jauh dari pengaduan masyarakat.
"Kita sudah turunkan tim ke lapangan dan diketahui sebanyak 40 batang sawit rusak atau mati dan 19 batang rusak ringan, serta satu buah pondok hancur,"kata Andi, tim MKMG.
Andi mengatakan dari jejak gajah yang ditemui di lokasi, tim memperkirakan jumlah gajah yang memasuki kebun tersebut diatas 10 ekor.
"Biasanya kita lihat dari jejak dan kotoran gajah di lokasi dan perkiraan tim juga jumlahnya diatas 10 ekor berarti ini satu kawanan gajah dari pusat latihan,"katanya.
Lokasi kebun masyarakat yang berdampingan dengan Pusat Latihan Gajah (PLG) Seblat di Putri Hijau Kabupaten Bengkulu Utara seluas lebih 6000 ha membuat kawasan tersebut rawan konflik.
Menurut Andi, selama Januari 2009 sudah terjadi tiga kali konflik antara gajah dengan masyarakat setempat.
"Meski tidak memakan korban jiwa namun masyarakat mengalami kerugian materi seperti tanaman yang dirusak atau pondok yang dihancurkan,"katanya.
Meski setiap gangguan gajah selalu dilaporkan warga ke pihaknya namun Andi mengharapkan pemerintah dan masyarakat lebih melidungi kebun mereka dengan berbagai cara.
"Biasanya kalau kebun ditunggu, gajah tidak akan masuk atau di pinggir kebun ditanam tanaman yang mengandung aroma yang tidak disukai seperti tanaman serai,"paparnya.
Upaya ini kata Andi terbukti mampu mengurangi serangan gajah yang tertarik dengan tanaman sawit muda milik petani.
"Selain memang kawasan itu termasuk habitatnya atau wilayah jelajahnya jadi petani yang harus melindungi kebun dari gangguan gajah, kita juga masih mencari formula yang tepat untuk menghindari konflik gajah,`katanya.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009