Boyolali (ANTARA News) - Balai Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) Boyolali, mengatakan, fenomena turunnya hewan di lereng Gunung Merapi akibat kerusakan habitat yang disebabkan oleh letusan Merapi.
"Banyak jenis hewan di lereng Gunung Merapi yang turun karena habitatnya telah rusak akibat dapat letusan Merapi," kata Kepala Seksi Wilayah II Balai TNGM Boyolali, Joko Priyono, di Boyolali, Jumat.
Menurut Joko Priyono, jenis hewan Merapi yang turun gunung di antaranya, kera ekor panjang, babi hutan, dan burung, sedangkan macan di wilayah Boyolali belum ditemukan.
Namun, warga setempat pascaletusan Gunung Merapi, telah menemukan jejak kotoran macan Merapi, di Desa Wonopedut, Cepogo.
Menurut Joko Priyono, pihaknya yakin macan Merapi masih ada di Boyolali, jenisnya kumbang memiliki ciri warna hitam.
Selain itu, hewan babi dan kancil masih sering ditemukan di hutan Merapi, berarti macan Merapi masih ada.
"Jika masih ada mangsanya di habitatnya, maka macan Merapi belum punah," katanya.
Ia menjelaskan, hewan-hewan Merapi tersebut turun karena habitat di atas sudah mengalami kerusakan, sehingga mereka mencari lingkungan cocok dan mendukung kelangsungan kehidupannya.
Menurut dia, hewan sebagian besar meninggalkan ahbitatnya adalah burung, sedangkan kera tidak semuanya eksodus dampak bencana Merapi.
Ribuan satwa jenis kera di lereng Gunung Merapi di Kabupaten Boyolali, dilaporkan pindah habitat dengan menyeberang ke lereng Gunung Merbabu, karena kehabisan makanan akibat bencana letusan Merapi.
Selain itu, hewan kera tersebut bisa juga eksodus akibat suhu di lereng Merapi masih panas, sehingga mereka secara bergerombol mencari daerah yang lebih dingin suhunya.
Sejumlah Warga di Selo banyak yang melihat gerombolan satwa kera lereng Merapi bergelantungan di ladang-ladang dan sebagian menyeberangi jalan ke arah lereng Merbabu.
Menurut dia, jika kera-kera Merapi bertemu dengan jenis yang di Merbabu, maka mereka akan berkelahi untuk merebut wilayah kekuasaan menurut dunianya.
Namun, kera-kera Merapi diperkirakan akan kembali ke habitatnya jika Merapi sudah kembali aktif normal.
Menyinggung apakah ada upaya menggiringan segerombolan kera untuk kembali ke habitatnya, Joko menjelaskan, hal itu sudah bukan wewenangnya karena sudah di luar kawasan TNGM.
"Kera yang eksodus ke lereng Merbabu wewenangnya pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah," katanya. (ANT/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010
Namun kalau kita melihat bahwa status merapi sampai saat ini masih AWAS, apakah tidak mungkin merapi akan meletus lebih dahsyat lagi.
Semoga tidak, namun kita masih harus tetap waspada.