Denpasar (ANTARA) - Koordinator Staf Khusus Presiden AAGN Ari Dwipayana mengajak masyarakat Indonesia menjadikan pandemi COVID-19 atau krisis ini sebagai tantangan dan peluang, di tengah ketidakpastian kapan pandemi akan berakhir.
"Kita tentu harus tetap berpikir masa depan. Krisis harus dilihat sebagai tantangan dan peluang," kata Ari Dwipayana saat menjadi narasumber dalam webinar bertajuk Menyongsong Pariwisata Masa Depan, dari Jakarta yang hadir secara virtual di Denpasar, Jumat.
Webinar yang merupakan rangkaian puncak dari HUT II Nawa Cita Pariwisata Indonesia (NCPI) Bali itu juga menghadirkan narasumber Dewan Penasihat NCPI Bali I Nyoman Nuarta.
Tidak hanya Indonesia, menurut dia, berbagai negara di dunia juga menghadapi persoalan serius menghadapi lorong pandemi yang tidak seorang pun mengetahui kapan berakhirnya.
Baca juga: NCPI berupaya pulihkan pariwisata Bali saat COVID-19
Oleh karena itu, diperlukan kemampuan mengatur stamina yang panjang dan strategi untuk menjadikan krisis sebagai tantangan dan peluang, sekaligus strategi mengubah pandemi menjadi endemi.
"Setidaknya ada skenario yang penting untuk disiapkan yakni vaksinasi COVID-19, kemampuan masyarakat untuk beradaptasi dengan kebiasaan baru, dan kemampuan deteksi kita ketika muncul wabah," ucapnya.
Itulah sebabnya, kata Ari Dwipayana, dari sejak awal itu pemerintah sudah mengambil kebijakan untuk menyeimbangkan "gas dan rem" karena sisi ekonomi memang tidak boleh dikesampingkan juga, di samping sektor kesehatan tetap penting.
Terkait dengan pariwisata dan ekonomi Bali, dia juga menyoroti untuk membangkitkannya kembali diperlukan penyiapan dari sisi SDM, dan perlindungan terhadap alam dan budaya Bali.
Baca juga: NCPI Bali berupaya pulihkan pariwisata saat COVID-19
Penguatan SDM misalnya, tentu tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi diperlukan dukungan manajemen talenta dan bahkan hingga beasiswa sehingga mereka yang bertalenta memiliki kesempatan yang sama untuk meraih pendidikan berkualitas.
Demikian juga dukungan pada pertanian, jangan sebatas mendorong masyarakat untuk bertani. Hendaknya dibarengi dengan politik anggaran berupa subsidi, maupun dukungan pascapanen.
Sementara itu, Dewan Penasihat NCPI Bali I Nyoman Nuarta mengatakan Bali menjadi paling terpuruk karena pandemi karena dengan menggantungkan pada pariwisata itu tentu mengandalkan orang yang hadir ke Bali, baik untuk MICE, berwisata, berburu kuliner ataupun wisata belanja.
"Mudah-mudahan ini menjadi pelajaran terakhir bagi Bali dan tidak akan terulang kembali. Kita juga harus punya usulan konkret pada pemerintah agar bisa segera bangkit," ucapnya.
Menurut pematung Monumen Garuda Wisnu Kencana itu, sangat penting diusulkan pariwisata berkeadilan. Jangan seperti selama ini dari investasi yang ada di Bali, masyarakat lokal hanya dapat sampah-sampahnya. Harus dibarengi konservasi terhadap alam dan budaya.
Baca juga: NCPI Bali: Pembangunan kereta api jangan jadi bumerang buat masyarakat
"Dengan dukungan devisa dari Bali yang lebih dari 40 persen untuk Indonesia, menjadi tidak adil kalau pajak-pajaknya selama ini justru dibayarkan di luar Bali. Sedangkan kegiatan ritual atau budaya yang menjadi daya tarik wisata itu biayanya dikeluarkan oleh masyarakat Bali," ucapnya.
Ketua NCPI Bali Agus Maha Usadha berpandangan dalam menghadapi pandemi ini, khususnya di Bali, mau tidak mau harus ada upaya terintegrasi dan strategi untuk membangkitkan kapasitas masyarakat lokal.
"Perjuangan kita masih panjang. Kami harap pemerintah bisa mendengar dengan tetap memperhatikan kekuatan dan budaya yang dimiliki masyarakat Bali," ujar Agus.
Sementara itu, Ketua Panitia HUT NCPI Dr I Nyoman Sumarta menyampaikan dalam rangkaian kegiatan HUT kali ini juga telah diisi dengan kegiatan berbagi paket bahan pokok untuk rumah singgah kanker, panti asuhan, dan masyarakat di Kabupaten Tabanan dan Karangasem.
"Pandemi sesungguhnya telah mengajarkan pada kita bahwa pembangunan wisata seharusnya jangan hanya mengejar keuntungan ekonomi, tetapi haruslah pembangunan yang berkelanjutan. "Karena pandemi, langit kita bisa kembali biru, burung-burung berkicau dengan nyaring, dan kunang-kunang bisa kembali muncul," katanya.
Baca juga: Nawacita Pariwisata Indonesia minta kaji ulang RKUHP
Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2021