Jakarta (ANTARA News) - Asosiasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) dan Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) mengadakan pembicaraan terkait investasi antarkelompok ekonomi tersebut.
"Tujuan diadakannya pembicaraan ini adalah untuk mendorong pemahaman yang lebih komprehensif terkait isu investasi sebagai usaha untuk mempererat hubungan investasi kedua kelompok," kata Sundram Pushpanathan, Deputi Sekretaris Jenderal ASEAN pada Kamis di Jakarta.
Pembicaraan selama dua hari (18-19 November) tersebut merupakan kelanjutan kerja sama ASEAN dan OECD sejak Mei 2007 saat Dewan Kementerian OECD mengadopsi resolusi untuk mengembangkan hubungan OECD dengan negara Asia Tenggara.
"OECD melihat iklim investasi yang menarik di ASEAN dan berniat menjadikan ASEAN sebagai mitra strategis yang penting bersama dengan China, India, Brazil, dan Afrika Selatan," kata Mario Amanao, Deputi Sekretaris Jenderal OECD dalam acara yang sama.
OECD yang bermarkas di Paris beranggotakan 30 negara seperti Amerika Serikat, Belanda, Inggris, Jerman, Jepang, Australia, Meksiko, Korea Selatan yang berniat untuk mengikutsertakan Afrika Selatan, China, Brazil, India, dan Indonesia sebagai anggotanya di masa mendatang.
"Dalam 20 tahun terakhir, telah terjadi transformasi strutural dalam perekonomian global, pusat perekonomian bergerak ke timur dan selatan, dari negara-negara anggota OECD ke `emerging economies`, kami menyebutnya sebagai `pergeseran kemakmuran`," kata Mario.
Salah satu sebabnya menurut Mario adalah perusahaan-perusahaan Selatan lebih menyukai berinvestasi di negara-negara yang memiliki tingkat pembangunan yang rendah karena teknologi dan bisnis yang dilakukan disesuaikan dengan pasar negara berkembang.
"Salah satunya China yang dalam tiga tahun terakhir menurut PBB mendapat aliran investasi masuk rata-rata hingga 88 miliar dolar AS per tahun," tambah Mario.
Namun ia tidak memberi rincian area investasi yang menjadi target investasi negara-negara OECD, pun tidak memberi kemungkinan adanya rencana membuat persetujuan mengikat dengan negara ASEAN.
"OECD lebih bersifat sebagai forum yang menjembatani kerja sama perekonomian sehingga tidak merepresentasikan suatu kepentingan tertentu, namun kami yakin atas prospek investasi di ASEAN, terlebih bila didukung dengan adanya demokrasi dan transparansi," jelas Mario.
Hal tersebut juga dikuatkan oleh Sudram yang hanya menyebutkan bahwa negara-negara OECD menjadi target prioritas untuk berinvestasi di ASEAN.
"AS, Jepang, dan negara-negara Uni Eropa menjadi target prioritas kami untuk dapat berinvestasi di ASEAN, misalnya di sektor otomotif dengan mengembangkan fasilitas dan keterkaitan antarnegara ASEAN. Kuncinya memang konektivitas," kata Sudram.
"Persetujuan ASEAN di bidang transporasi udara adalah bentuk kerja sama yang ditandangani pada November ini untuk mewujudkan Pasar Tunggal Penerbangan dan Pengapalan ASEAN sebagai usaha meningkatkan investasi baik intra ASEAN maupun dengan negara mitra," jelas Sudram
Menurut Sudram, arus Foreign Direct Investment (FDI) OECD ke ASEAN memang turun 19 persen dari 23 miliar dolar AS pada 2008 menjadi 18,7 miliar dolar pada 2009, namun rata-rata investasi negara OECD ke ASEAN pada 2008-20089 tetap 47 persen dari total investasi di ASEAN dan masih punya peluang untuk meningkat.
Namun negara-negara OECD hampir 80 persen melakukan investasi antar negara-negara OECD sendiri, disusul investasi ke China --yang hingga 2001 masih berada di bawah ASEAN dalam tingkat investasi OECD namun setelah 2001 mendahului ASEAN-- baru di peringkat ke-3 ada ASEAN.
Adapun negara OECD terbesar yang berinvestasi ke ASEAN adalah AS dan negara ASEAN yang paling memperoleh investasi dari negara OECD adalah Singapura yaitu sebesar 54 persen dari total investasi OECD ke ASEAN.
FDI yang masuk ke ASEAN pada periode 2007-2009 memang menurun yaitu 74,4 miliar dolar AS (2007); 49,6 miliar dolar AS (2008); dan 39,62 miliar dolar AS (2009) namun terjadi pertumbuhan investasi antar negara ASEAN menjadi 18,2 persen pada 2008 dari 13,5 persen pada 2007 yaitu 10,7 miliar sebagai hasil integrasi internal yang dilakukan.
Untuk meningkatkan daya kompetisi investasinya ASEAN pada 26 Februrai 2009 telah menyetuji Persetujuan Investasi Komprehensif ASEAN (ACIA) demi menciptakan rezim investasi yang lebih bebas dan terbuka di bidang manufaktur, pertanian, perikanan, kehutanan, pertambangan dan secara tidak langsung bidang jasa.
Selain itu, menurut Kepala Relasi Global divisi Investasi OECD, Andrea Goldstein, untuk meningkatkan daya kompetisi ASEAN di mata negara-negara OECD, setidaknya ASEAN dapat melakukan empat hal.
"Pertama adalah pengadaan infrastruktur, kedua adalah integrasi ASEAN yang lebih mendalam, selanjutnya pengkhususan sektor industri masing-masing negara ASEAN, dan penargetan investor bilateral," jelas Andrea. (DLN/K004)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010