Jakarta (ANTARA News) - Pertamina berkehendak menjadi perintis dalam pengembangan lima jenis energi baru dan terbarukan (EBT) agar dapat memenuhi pencapaian visi 25 persen penggunaan EBT di Indonesia pada tahun 2025.

"Pertamina menjadi ujung tombak dalam mengembangkan lima energi baru dan terbarukan (EBT) di Indonesia sebagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan energi domestik di masa mendatang," kata VP Corporate Communications, Mochammad Harun, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis.

Kelima EBT tersebut adalah energi geothermal (panas bumi), coal bed methane (CBM), shale gas, algae, dan angin.

CBM adalah bentuk energi dari gas metan batubara yang dalam beberapa dekade terakhir telah menjadi sumber energi penting di sejumlah negara seperti Amerika Serikat dan Kanada.

Sedangkan shale gas adalah gas alam yang terdapat di lapisan batuan sedimen klastik yang antara lain terdiri atas campuran "clay minerals" dan fragmen kecil atau partikel mineral lain, seperti quartz dan calcite.

"Dua dari kelima energi tersebut, yaitu geothermal dan CBM, sudah dikembangkan Pertamina," katanya.

Namun tiga yang lainnya, yakni shale gas, algae, dan angin, merupakan tantangan baru bagi Pertamina untuk dikaji sejauh mana tingkat keekonomiannya ketika akan dikembangkan.

Komitmen Pertamina dalam melakukan kajian atas pengembangan EBT tersebut terutang dalan Nota Kesepahaman antara Pertamina dengan Balitbang ESDM yang diserahterimakan di Gedung Auditorium Kwarnas di Jakarta, Kamis (18/11) ini.

Nota kesepahaman tersebut sebelumnya telah ditandatangani antara Pertamina dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada 17 September 2010.

Sebelumnya, Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Luluk Sumiarso, pada 11 September 2010 mengatakan, pihaknya menggencarkan wacana visi 25/25, yaitu upaya agar penggunaan energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia dapat mencapai 25 persen pada tahun 2025.

"Berdasarkan diskusi di Dewan Energi Nasional (DEN) dengan menggunakan proyeksi model Markal, maka penggunaan EBT pada tahun 2025 diperkirakan dapat mencapai 25 persen," kata Luluk.

Luluk memaparkan, pada tahun 2010 ini, diperkirakan bahwa penggunaan EBT di Tanah Air baru mencapai 4,4 persen.

Angka tersebut masih berada jauh di bawah penggunaan energi fosil seperti minyak bumi (43,9 persen), batubara (30,7 persen), dan gas bumi (21 persen).

Sedangkan dengan visi 25/25, maka penggunaan EBT diperkirakan akan mencapai 25 persen, sedangkan sumber energi lainnya adalah batubara (32 persen), gas bumi (23 persen), dan minyak bumi (20 persen).

(M040/S026)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010