Magelang (ANTARA News) - Sejumlah warga lereng barat daya puncak Gunung Merapi di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, menganggap gunung berapi itu telah tenang sehingga mereka ingin pulang dari pengungsian.

"Kami merasa (Merapi) sudah tenang, tetapi karena pemerintah belum mengizinkan pulang, sebagian besar masih di pengungsian, sebagian kecil memang sudah pulang," kata warga Dusun Babadan I, Desa Paten, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Salamun (44), di Magelang, Kamis.

Jarak dusun itu hingga puncak Merapi sekitar lima kilometer, sedangkan jumlah warga setempat sekitar 52 kepala keluarga atau sedikit-dikitnya 200 jiwa.

Ia mengatakan, pada siang hari sekitar 70 orang terutama lelaki berada di kampung itu terutama untuk mengurus ternaknya, sedangkan malam hari sekitar 20 orang tetap berjaga di tempat itu.

Warga dusun setempat mengungsi di Desa Piyungan, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, sekitar 25 kilometer dari Babadan. Kawasan itu juga menjadi pos pengamatan Gunung Merapi dari sisi barat daya. Tetapi pos itu telah kosong karena petugas pindah ke Bukit Ketep, Kecamatan Sawangan.

Ia mengaku, bersama sejumlah tokoh masyarakat dirinya belum lama ini mendatangi aparat Desa Piyungan dan Kecamatan Sawangan untuk meminta izin bagi seluruh warga meninggalkan pengungsian guna kembal ke Babadan I.

"Sudah pernah meminta izin pemerintah desa dan kecamatan tetapi kami belum boleh pulang, kami mematuhi anjuran pemerintah sehingga sebagian besar masih tinggal di pengungsian terutama perempuan dan anak-anak," katanya didampingi seorang warga setempat lainnya Kemis (90) yang sedang mencari pakan sapi di dekat Pos Pengamatan Gunung Merapi di Babadan, sekitar 4,4 kilometer barat daya puncak Merapi.

Kemis mengatakan, hanya mengungsi selama dua hari pada Selasa (26/11) hingga Rabu (27/11) saat letusan pertama Merapi, sedangkan Kamis (28/11) dirinya pulang ke rumahnya dan bersama sejumlah warga setempat berjaga di dusun itu.

"Hanya mengungsi dua hari di Nglumut, Sawangan, lalu kembali ke sini lagi sampai sekarang untuk menjaga ternak dan keamanan desa," katanya.

Seorang warga Dusun Krajan, Desa Krinjing, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Ismanto (30), mengatakan, sebenarnya dirinya dan keluarga sudah ingin meninggalkan pengungsian dan kembali ke rumahnya. Dusun itu sekitar enam kilometer barat daya puncak Merapi.

"Tetapi belum ada perintah dari pemerintah untuk kami pulang semua, sehingga sebagian besar masih di pengungsian, kami menunggu izin pemerintah untuk kembali ke rumah," katanya.

Sebagian besar warga dusun setempat mengungsi di Balai Desa Deyangan, di kawasan Ibu Kota Kabupaten Magelang. Warga setempat berjumlah sekitar 70 KK atau 250 jiwa.

Jika siang hari, katanya, sekitar 50 warga laki-laki berada di kampung itu untuk mengurus rumah dan ternaknya, sedangkan malam hari sekitar 15 orang berjaga.

"Saya semalam sekali di pengungsian dan semalam sekali ikut berjaga di desa," katanya saat hendak mencari pakan sapi di kebunnya di kawasan aliran Kali Sewono yang airnya berhulu di Merapi.

Pada kesempatan itu ia menyebut sejumlah tempat secara terpencar yang menjadi pengungsian warga desa tersebut.

Seorang warga Krajan lainnya, Suraji (30), mengaku, telah membawa pulang istri dan seorang anaknya dari pengungsian di Balai Desa Deyangan.

"Sudah jenuh di pengungsian, sehingga kami memutuskan kembali ke rumah hari ini," katanya.

Ia mengaku berat meninggalkan rumah dan dusunnya sehingga memutuskan meninggalkan pengungsian itu.

Listrik putus
Hingga saat ini aliran listrik di desa itu masih putus, sedangkan kondisi jalan, genting dan halaman rumah, serta pepohonan masih tertutup abu vulkanik dampak letusan Merapi.

Beberapa ruas jalan aspal sejak Desa Krinjing hingga Pos Babadan masih terhalang dengan pepohonan yang tumbang sehingga belum bisa dilalui mobil.

Sejumlah warga setempat tampak bekerja di kebunnya terutama mencari pakan untuk ternaknya.

Sebuah pohon cukup besar tumbang di halaman Pos Babadan, sedangkan tebal abu vulkanik di kawasan itu sekitar 15 centimeter. Suasana Pos Babadan tampak lengang dengan bendera Merah Putih tetap berkibar, sedangkan petugasnya telah pindah lokasi pengamatan di Bukit Ketep.

Pihak Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral hingga saat ini masih menetapkan status aktivitas vulkanik Merapi di level tertinggi "awas", meskipun intensitas letusan gunung itu sudah turun selama beberapa hari terakhir, sehingga warga diminta tetap berada di radius aman dari bencana Merapi.
(M029/A030)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010