Dengan penggunaan biometric FR online onboarding, persetujuan pembukaan akun membutuhkan waktu kurang dari 30 detik.

Jakarta (ANTARA) - Wakil Direktur Utama 2 PT Bank Syariah Indonesia Tbk, Abdullah Firman Wibowo menyampaikan bahwa BSI Mobile merupakan jendela literasi dan inklusi keuangan syariah karena bisa menjadi mitra finansial, sosial, dan spiritual.

“Memberikan nilai syariah pada digital experience, sebagai sharia values, customer needs, and activites,” kata Firman dalam Regional Media Workshop secara daring, Jumat.

Firman menyebut BSI Mobile bisa menjangkau seluruh pelosok negeri sehingga literasi dan inklusi keuangan syariah semakin mudah dilakukan.

“Dengan penggunaan biometric FR online onboarding, persetujuan pembukaan akun membutuhkan waktu kurang dari 30 detik,” ujar Firman.

Baca juga: BSI fasilitasi layanan perbankan syariah DJKN Kemenkeu

BSI mobile menghadirkan nilai spiritual melalui Islamic Features yang mencakup waktu shalat, kiblat, dan lokasi masjid. Kemudian menghadirkan nilai sosial melalui fitur ZISWAF yang mencakup zakat, infaq, sedekah, wakaf, hingga qurban dan aqiqah. Sedangkan untuk nilai finansial, BSI hadir dengan berbagai fitur yang mendukung kegiatan transaksi secara praktis dan cepat, termasuk fitur pembayaran via QRIS, menabung emas, hingga program tabungan haji dan umrah.

Firman mengakui market share perbankan syariah masih relatif kecil dibandingkan perbankan konvensional dan hanya meningkat kurang lebih 1 persen selama 5 tahun terakhir.

“Meskipun kita ini penduduk Muslim terbesar di dunia yakni 87,2 persen terhadap populasi, tetapi secara market share hanya 6,4 persen. Salah satu kendalanya mungkin tingkat pemahaman dan gebrakan kita belum bisa meng-cover seluruh area secara nasional,’ jelas Firman.

Baca juga: BSI berkomitmen dukung UMKM lewat Program ISDP 2020

Tak hanya itu, penetrasi perbankan syariah di Indonesia baru mencapai 6 persen meskipun sudah hadir hampir 3 dekade hadir di Indonesia, sehingga jangkauan layanan perbankan syariah di Tanah Air masih terbatas, yakni 1 juta penduduk hanya bisa dilayani oleh 9 outlet dibandingkan 105 outlet perbankan konvensional.

Oleh karena itu, Firman menyampaikan bahwa literasi dan inklusi perbankan syariah menjadi tantangan utama dalam pengembangan industri syariah. Survei Literasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2019, tingkat literasi keuangan syariah hanya 8,9 persen dan tingkat inklusi keuangan syariah baru 9,1 persen. Sedangkan tingkat literasi keuangan konvensional telah mencapai 37,7 persen dan tingkat inklusinya 75,3 persen.

“Selama literasi tidak meningkat, akan sulit orang berinklusi dengan syariah. Mudah-mudahan dengan menghadirkan teman teman dari industri syariah seperti hari ini, itu akan menggaungkan syariah, minimal orang lebih paham,” tuturnya.

Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2021