Yogyakarta (ANTARA News) - Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Surono megatakan untuk menentukan status Gunung Merapi tidak dapat didasarkan pada perkiraaan tetapi harus dengan ilmu tentang kegunungapian.

"Penentuan status Merapi tidak bisa didasarkan pada perkiraan dan tidak pula pada ilmu nujum. Tetapi harus didasarkan pada ilmu tentang kegunungapian," kata Surono di Yogyakarta, Rabu.

Menurut dia, untuk menurunkan status Gunung Merapi lebih berat bila dibanding saat memutuskan untuk menaikkan status gunung api aktif tersebut.

Ia mengatakan, menurunkan status Gunung Merapi dari "level 4" atau "awas" ke level yang lebih rendah mengandung konsekuensi untuk tetap menjaga seluruh masyarakat agar terhindar dari bahaya letusan Gunung Merapi.

"Dengan menurunkan status, seluruh masyarakat akan merasa bahwa kondisi sudah aman. Ini yang sulit karena Gunung Merapi masih sulit diprediksi," lanjutnya.

Ia mencontohkan, terbentuknya kubah lava baru yang biasanya menjadi penutup dari fase erupsi Gunung Merapi ternyata tidak terjadi pada erupsi tahun ini.

"Gunung Merapi telah membentuk kubah lava baru, tetapi material kubah lava baru tersebut justru dilontarkan seketika saat terjadi letusan pada awal November lalu," katanya.

Berdasarkan pengamatan dalam tiga hari terakhir, intensitas letusan Gunung Merapi menunjukkan kecenderungan menurun, meskipun gempa tremor masih terjadi secara beruntun, disertai aktivitas gempa vulkanik dan guguran.

Sejak Senin (15/11) hingga Rabu, intensitas vulkanik Merapi cenderung menurun, yaitu 34 kali menjadi 31 kali pada Selasa (16/11) dan pada Rabu hingga pukul 18.00 WIB terjadi 11 kali gempa vulkanik.

Selain itu, intensitas guguran pun menurun yaitu dari 25 kali menjadi 14 kali dan baru terjadi satu kali guguran pada Rabu hingga pukul 18.00 WIB.

Meskipun demikian, intensitas gempa tektonik mengalami peningkatan yaitu dari satu kali pada Selasa menjadi dua kali pada Rabu, padahal pada Senin sama sekali tidak terjadi gempa tektonik.

Oleh karena itu, lanjut dia, pihaknya masih tetap mempertahankan status Gunung Merapi dalam level tertinggi yaitu "awas" dan meminta masyarakat yang berada di pengungsian untuk bersabar.  (E013/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010