New York (ANTARA News) - Umat Islam, termasuk masyarakat muslim Indonesia yang bermukim di New York, Amerika Serikat, merayakan Hari Idul Adha 1431 H pada Selasa waktu setempat.
Shalat Idul Adha pada Selasa digelar di Masjid Al-Hikmah, yaitu mesjid satu-satunya di New York yang dikelola oleh masyarakat Indonesia.
Shalat yang diikuti oleh setidaknya 300 orang itu dipimpin tokoh muslim Indonesia dan merupakan salah satu imam terkemuka di Amerika, Syamsi Ali.
Pusat kebudayaan Islam di New York, Islamic Cultural Center (ICC) yang berlokasi di pusat kota New York City, Manhattan, juga menyelenggarakan Shalat Idul Adha pada Selasa.
ICC merupakan lembaga kebudayaan terbesar di New York dan selalu dibanjiri umat Islam dari berbagai bangsa yang tinggal di New York, terutama ketika Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha.
Karena itu, untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat muslim, ICC New York pada Selasa menyelenggarakan Shalat Idul Adha dalam tiga ronde, yaitu pukul 08.00, 09.00 dan 10.00 waktu setempat.
Jumlah warga muslim di Amerika Serikat diperkirakan mencapai lebih dari 5 juta orang dan sekitar 800.000 di antaranya bermukim di New York.
Berbeda dengan tahun lalu, Idul Adha tahun ini dirayakan pada hari kerja.
Pada 2009 lalu, Hari Raya Idul Adha, jatuh pada hari libur Thanksgiving.
Berkurban
Syamsi Ali yang juga merupakan Ketua Dewan Masjid Al Hikmah, selain memimpin Shalat Id pada Selasa juga menyampaikan khotbah Hari Raya Kurban dengan mengajak umat Islam untuk terus menggali berbagai aspek di balik pengorbanan Nabi Ibrahim A.S. kepada Allah SWT dengan menyembelih puteranya, Nabi Ismail A.S.
Syamsi menyampaikan, berkurban tidak hanya menyangkut ikhlas ataupun kepatuhan karena masih banyak aspek yang perlu dipelajari oleh umat Islam dari perjalanan hidup dan pengorbanan Nabi Ibrahim.
Diingatkannya bahwa berkurban adalah proses untuk menemukan kebenaran.
"Nabi Ibrahim berjuang untuk mendapatkan tuntunan dari Allah. Jangan menganggap gampang. Tidak ada tuntunan yang gratis, harus diperjuangkan," kata Syamsi.
Teladan lain yang bisa diambil dari Nabi Ibrahim, ujarnya, antara lain bahwa sang nabi memiliki kecerdasan, kepintaran serta keahlian diplomatik dalam mengajak masyarakat di zamannya untuk berpikir tentang kebesaran Tuhan.
"Kita perlu terus mempertajam pemikiran kita agar dapat lebih mengerti kebesaran Allah," kata Syamsi.
Memiliki pemikiran yang demokratis, juga ditunjukkan Ibrahim dengan menanyakan terlebih dahulu pendapat Nabi Ismail tentang keinginannya untuk mengikuti perintah Allah dengan menyembelih anaknya sendiri.
"Jangan lupa, kita perlu mendengar pendapat orang lain walaupun kita merasa yakin seratus persen bahwa kita di pihak yang benar," pesan Syamsi.
Terakhir, Syamsi mengingatkan para muslim tentang mengapa harus berkurban dengan sungguh-sungguh.
"Karena ini adalah kebutuhan hidup... (kebutuhan) untuk menghadapi berbagai tantangan hidup," ujarnya.
(ANT/A024)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010