Dubai (ANTARA) - Jumlah kematian di Iran akibat COVID-19 melebihi 100.000 pada Kamis dengan 564 kematian tercatat dalam 24 jam terakhir, kata TV pemerintah, ketika varian Delta yang sangat menular dari virus corona menyebar melalui negara Timur Tengah yang paling terpukul itu.
Televisi pemerintah, mengutip kementerian kesehatan Iran, mengatakan jumlah total infeksi COVID-19 yang dikonfirmasi telah mencapai 4.587.683 termasuk 31.266 kasus baru sejak Rabu (18/8).
"Jumlah total kematian akibat COVID-19 telah mencapai 100.255," lapor TV.
Sejak Senin, Iran telah memberlakukan pembatasan nasional yang lebih ketat untuk membendung gelombang kelima penyakit pernapasan, termasuk pembatasan perjalanan dan penutupan bisnis yang tidak penting.
Peningkatan pesat dalam kasus dan kematian COVID-19 dalam beberapa minggu terakhir telah memaksa penguasa Iran untuk mengizinkan impor vaksin yang dibuat oleh perusahaan AS dan Inggris, yang dilarang oleh otoritas tertinggi Iran, Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei pada Januari.
Pengguna media sosial di dalam dan di luar Iran menuduh lembaga ulama Republik Islam itu lambat dalam memvaksin orang - hanya sekitar lima juta dari 83 juta penduduk yang telah disuntik penuh.
Pihak berwenang Iran menyalahkan sanksi AS atas masalah dalam pengadaan vaksin asing dan keterlambatan pengiriman.
Makanan, obat-obatan, dan persediaan kemanusiaan lainnya dibebaskan dari sanksi AS yang diberlakukan kembali terhadap Teheran pada 2018 setelah Presiden Donald Trump saat itu meninggalkan kesepakatan nuklir Iran 2015 dengan kekuatan dunia lainnya.
Sumber: Reuters
Baca juga: Iran akan mulai produksi salah satu vaksin COVID buatannya
Baca juga: Bendung peningkatan COVID-19, Presiden Iran larang perayaan pernikahan
Baca juga: Iran berencana buka kembali masjid, sekolah di daerah risiko rendah
Penerjemah: Mulyo Sunyoto
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2021