Tetap kuatnya pemulihan ekonomi di Amerika Serikat, Kawasan Eropa, dan China, diperkirakan dapat menopang prospek perekonomian global ke depannya
Jakarta (ANTARA) - Bank Indonesia mencatat aliran masuk modal asing berlanjut dalam bentuk investasi portofolio, yakni mencapai nett inflows sebesar 2 miliar dolar AS pada Juli hingga 16 Agustus 2021.
"Ketidakpastian pasar keuangan global sedikit menurun sejalan prospek perekonomian dunia yang membaik," kata Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan Bulan Agustus 2021 di Jakarta, Kamis.
Menurut ia, kondisi tersebut mendorong masuknya aliran modal global ke negara berkembang, termasuk Indonesia, dan mendukung penguatan mata uang di berbagai negara tersebut.
Realisasi pertumbuhan ekonomi triwulan II-2021 di berbagai negara menunjukkan perbaikan yang berlanjut, didukung oleh akselerasi vaksinasi dan stimulus kebijakan.
"Tetap kuatnya pemulihan ekonomi di Amerika Serikat, Kawasan Eropa, dan China, diperkirakan dapat menopang prospek perekonomian global ke depannya," tegas Perry Warjiyo.
Baca juga: BI catat modal asing keluar Rp5,49 triliun di pekan kedua Agustus
Hal tersebut dikonfirmasi oleh kinerja indikator dini pada Juli 2021 seperti Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur, keyakinan konsumen, dan penjualan eceran di negara-negara tersebut yang tetap kuat.
Perry Warjiyo berpendapat volume perdagangan dan harga komoditas dunia juga diprakirakan terus meningkat, sehingga tetap mendukung masih kuatnya kinerja ekspor negara berkembang.
Maka dari itu nilai tukar rupiah pun berhasil menguat 0,89 persen secara rerata dan 0,63 persen secara point to point pada 18 Agustus 2021 dibandingkan dengan level Juli 2021 karena meningkatkanya aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik.
Meski begitu, Perry Warjiyo mengatakan rupiah sampai dengan 18 Agustus 2021 masih mencatat depresiasi sekitar 2,24 persen secara tahun kalender atau year to date (ytd) dibandingkan dengan level akhir 2020.
Namun penurunan kurs rupiah relatif lebih rendah dibandingkan depresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lainnya, seperti Filipina, Malaysia, dan Thailand.
Baca juga: Rupiah ditutup stagnan di tengah surplus neraca perdagangan Juli
Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021