Washington (ANTARA News) - Rumah tangga Amerika Serikat yang dilaporkan mendapat jatah makan darurat dari dapur umum meningkat hampir dua kali lipat antara 2007 dan 2009, pada puncak era resesi ini, demikian sebuah laporan pemerintah, Selasa.
Departemen Pertanian AS mengatakan jumlah rumah tangga yang menggantungkan pada dapur umum melonjak dari 3,9 juta menjadi 5,6 juta rumah tangga.
"Rumah tangga-rumah tangga itu telah mengakses bantuan dari 15 program bantuan makanan dan nutrisi USDA," tulis USDA Economic Research Service (ERS) berjudul "Amber Waves".
USDA mengawasi program makanan pemerintah, yang juga dikenal sebagai SNAP atau Program Bantuan Nutrisi Tambahan, untuk keluarga berpenghasilan rendah dan program pemberian makanan domestik lainnya seperti makan siang di sekolah.
Pada tahun fiskal 2009, "15,2 juta rumah tangga berpartisipasi dalam SNAP dengan rata-rata bulanan naik dari 12,7 juta setiap bulan pada tahun fiskal 2008," papar artikel tersebut.
Dalam laporan terpisah, ERS mengatakan persentase rumah tangga AS tanpa keamanan pangan --akses ke makanana cukup untuk menyambung hidup sehat nan aktif-- mencapai rekor tertinggi pada 2009.
14,7 persen rumah tanggan tanpa keamanan pangan pada 2009 naik dari 14,6 persen pada 2008 dan 11,1 persen pada 2007. Angka ini adalah yang tertinggi sejak perhitungan dimulai pada 1995, demikian ERS.
Sekitar sembilan persen rumah tangga memiliki ketahanan pangan yang rendah, dan ini berarti mereka bergantung pada strategi "menyantap makanan dengan menu biasa."
Sekitar enam persen memiliki ketahanan pangan yang rendah, yang berarti mereka memiliki satu atau lebih pola makan normal.
Untuk sekitar seperempat rumah tangga terancam rawan pangan dan sepertiga dari mereka memiliki ketahanan pangan yang rendah, "kejadian itu sering atau kronis," kata ERS.
ERS mengatakan di antara semua negara bagian, kerawanan pangan berkisar dari tingkat 6,7 persen di North Dakota ke tingkat tetinggi 17,7 persen di Arkansas, yang telah dihitung selama tiga tahun sampai 2009.
Ketahanan pangan yang rendah berkisar dari 2,6 persen di North Dakota ke 6,8 persen di Alabama. (*)
Reuters/adm/AR09
Penerjemah: Adam Rizallulhaq
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010