Conakry (ANTARA News) - Politisi oposisi kawakan Guinea Alpha Conde diumumkan sebagai pemenang pemilihan presiden, Senin, sementara kandidat yang kalah Cellou Dalein Diallo menyerukan masyarakat tenang setelah bentrokan yang merenggut korban jiwa.
Berita-berita kemenangan Conde muncul setelah sehari ketegangan akibat bentrokan yang menewaskan satu orang dan beberapa orang lain cedera, dan tuduhan-tuduhan kecurangan yang dillakukan kelompok Diallo.
Conde, 72 tahun, meraih 52,52 persen suara dalam pemilihan menghadapi mantan perdana menteri Diallo, yang meraih 47,48 suara, demikian Komisi Pemilihan Nasional Independen (CENI) mengumumkan, Senin.
Komisi itu mengatakan 67 persen menggunakan hak pilih mereka.
Diallo menegaskan ia tidak akan menerima hasil komisi itu sebelum penyelidikan atas "kecurangan besar tetapi ia menyerukan para pendukungnya agar "tetap tenang, tidak melakukan provokasi dan aksi kekerasan."
Ia akan mengajukan bukti kepada Mahkamah Agung bahwa pemilihan itu "tidak beres dan terjadi kecurangan," katanya.
"Jika Mahkamah Agung secara obyektif memeriksa gugatan kami saya mengharapkan saya berhak dinyatakan sebagai pemenang," tambah Diallo.
Mahkamah Agung harus mengkonfirmasikan hasil-ahasil pemilu itu.
Aksi kekerasan terjadi pada hari sebelumnya di markas Diallo di ibu kota itu, sementara para pendukungnya bentrok dengan pasukan keamanan, menyebabkan paling tidak seorang tewas dan belasan lainnya cedera kata satu sumber polisi.
Di daerah pinggir kota yang sama, suara tembakan terdengar setelah pengumuman hasil-hasil itu, sementara pasukan keamanan mempertahankan kehadiran yang kuat di lokasi itu.
Tetapi hujan yang turun sekonyong-konyong di kota itu tampaknya juga turut meredakan ketegangan itu.
Daerah-darah pinggiran kota mendukung Conde sementara merayakan berita kemenangannya dalam pemilu demokratis pertama negara Afrika barat itu sejak merdeka dari Prancis tahun 1958.
Ketika negara itu asyik dengan berita-berita itu, Sekjen PBB Ban Ki-moon mendesak rakyat Guinea "menyetujui hasil pemilu itu dan menyelesaikan pertikaian mereka melalui jalan hukum."
Pernyataan itu menambahkan: "Sekjen menyerukan masyarakat internasional membantu Guinea dengan dukungan konkrit saat negara itu memulai satu tahap baru menuju konsolidasi perdamaian dan pembangunan."
Dan setelah hasil resmi diumumkan Conde menghubungi Diallo.
"Saatnya telah tiba untuk bekerja sama," katanya.
"Saya mengulurkan tangan persahabatan untuk membangun satu Guinea yang bersatu dan sejahtera," tambahnya dan mengatakan akan menjadi "presiden perubahan untuk kepentingan semua, presiden rekonsiliasi nasional dan kemajuan."
Ketua komisi pemilihan Siaka Sangare Senin malam mengatakan bahwa CENI menerima 31 keluhan, 28 berasal dari partai UFDG yang dipimpin Diallo.
Ia telah mengatakan bahwa semua tuduhan kecurangan telah di tangan" dengan perhatian yang maksimum" dan menyarankan kandidat-kandidat datang ke Mahkamah Agung jika mereka masih tidak puas.
Kendatipun pemilu 7 November dipuji sebagai damai baik dari dalam negeri maupun luar negari, para pengawas menyatakan kekhawatiran mereka atas kemungkinan terjadi aksi kekerasan kembali dan kampanye yang menjurus dalam bentrokan etnik.
Dengan Conde berasal dari kelompok Malinke dan Diallo dari Fulani, pemilu itu merupakan pertarungan antara dua etnik minoritas negara itu yang dipimpin satu pemerintah milter sejak kudeta Desember 2008, disusul dengan meninggalnya Presiden Lansana Conte, yang memerintah selama 24 tahun.
Negara itu dilanda krisis saat berada dalam junta militer ketika tentara membunuh lebih dari 150 pemrotes yang menentang pemimpin kudeta itu Kapten Moussa Dadis Camara dalam satu unjuk rasa di stadion Conakry September 2009.
Presiden sementara Jendral Sekouba Konate, yang memimpin Guinea pada pemilu demokratis pertamanya, dengan putaran pertama diselenggarakan 27 Juni yang Diallo meraih 43 persen suara sementara Conde hanya mengumpulkan 18 persen suara.
Kendatipun tampaknya Diallo unggul, aliansi-aliansi dan kelompok etnik memungkinkan Conde meraih kemenangan di lapangan.(*)
AFP/H-RN/M016
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010