Magelang (ANTARA News) - Ratusan pengungsi berasal dari sejumlah desa di lereng barat puncak Gunung Merapi takzim salat Idul Adha di Lapangan Pasturan , Kota Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Selasa.
"Sedikitnya 752 pengungsi terutama yang selama ini kami tangani mengikuti salat Id di sini," kata Ketua Takmir Masjid Alfat Kauman, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, Muhammad Arif, di Magelang, Selasa.
Mereka yang berasal dari Kecamatan Dukun, dan Srumbung itu berbaur dengan sekitar empat ribu umat Islam setempat mengikuti shalat Id tersebut dengan imam dan khatib Suratin Rahmat.
Ia mengatakan, shalat Id itu diselenggarakan oleh Pengurus Ranting Muhammadiyah Muntilan I, Kabupaten Magelang.
"Semula ada seribu orang pengungsi yang kami layani, sekarang setelah sekitar 20 hari, sebagian sudah pulang, tetapi malam hari mereka kembali ke penampungan kami," katanya.
Pihaknya menampung pengungsi Merapi antara lain di Pesantren Muhammadiyah Muntilan, Masjid Alfat Muntilan, Mushala Almudhakin, dan beberapa rumah warga setempat.
Ia mengatakan, sedikitnya enam ekor sapi dan tujuh kambing dipotong pada perayaan Idul Adha di kawasan itu.
"Sebagian ada yang hewan kurban berasal dari pengungsi, sebagian lainnya dari umat Islam di sini," katanya.
Ia mengatakan, pengungsi bersama umat setempat dilibatkan sejak proses pemotongan hewan kurban hingga pembagian.
"Jika pengungsi meminta daging kurban yang diterimanya untuk sekaligus dimasak, akan kami masak untuk mereka bersama-sama," kata Arif yang juga Sekretaris Pengurus Ranting Muhammadiyah Muntilan I itu.
Seorang pengungsi berasal dari Desa Talun, Kecamatan Dukun, sekitar 13 kilometer barat puncak Merapi, Nurul Mulyani (25), mengaku, bersama seorang anaknya hingga saat ini belum pulang ke desanya sehingga mengikuti shalat Id di lapangan itu.
"Belum pulang karena menunggu pengumuman Merapi aman dari pemerintah, sehingga kami shalat Id bersama umat di sini di lapangan ini," kata Nurul yang menempati penampungan di Pesantren Muhammadiyah Muntilan itu.
Suratin saat khotbah mengatakan, bangsa Indonesia sedang berduka karena sejumlah bencana alam seperti banjir bandang di Wasior, Papua, gempa dan tsunami di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, dan letusan Gunung Merapi di perbatasan antara Jawa Tengah dengan Daerah Istimewa Yogyakarta.
"Bencana itu sebagai ujian ketaatan dari Allah kepada umatnya. Jika bencana dari Allah itu disikapi secara tabah dan rida, akan mendapatkan pahala dan rahmat," katanya.
Ia menyatakan mengajak umat memahami hak Allah melalui bencana alam itu. Musibah, katanya, bisa menimpa siapa saja.
"Siapa saja bisa tertimpa musibah, harus disikapi secara benar, untuk memahami hak Allah, karena Allah akan memberikan pahala," katanya. (M029/M028)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010