Beijing (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri China, Rusia, dan India pada Senin mendesak Iran membuktikan kepada dunia bahwa hasrat nuklirnya bertujuan damai dan mendesak negara tersebut kembali ke meja perundingan.
Barat menuduh Iran berupaya membuat senjata nuklir, ancaman terhadap keamanan antarbangsa dengan kedok penelitian, sementara Teheran bersikeras menyatakan pengayaan uraniumnya untuk pembangkit listrik.
"Ketiga menteri luar negeri itu mengakui hak Iran mengembangkan tenaga nukir dengan tujuan damai," kata pernyataan bersama mereka, yang disiarkan laman Kementerian Luar Negeri China (www.mfa.gov.cn) setelah pertemuan di kota di China, Wuhan.
"Namun, Iran harus mengembalikan kepercayaan masyarakat antarbangsa terhadap kegiatan nuklir mereka, yang benar-benar damai," kata pernyataan itu.
"Satu-satunya cara menyelesaikan masalah nuklir Iran adalah melalui pembicaraan, perundingan dan cara damai lain," kata ketiganya dalam pernyataan tersebut.
Kepala Urusan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton menulis surat kepada ketua perunding nuklir Iran pada Jumat, yang menerima tawaran mengadakan pertemuan di Eropa untuk membahas kegiatan nuklir Teheran itu pada awal bulan depan.
Melalui pembicaraan bertahap dengan enam negara besar dunia, yang diwakilinya --Amerika Serikat, Rusia, China, Prancis, Inggris, dan Jerman-- Ashton menulis kepada Saeed Jalili dengan mengatakan bahwa mereka menerima penawaran mengadakan pertemuan pada 5 Desember, namun menawarkan Swiss dan Austria sebagai tuan rumahnya.
Jika pembicaraan tersebut disepakati, yang dirancang hampir enam bulan, maka pertemuan tersebut merupakan yang pertama disetujui Iran dalam satu tahun belakangan untuk membahas kegiatan nuklirnya.
Tentang tempat perundingan tersebut, Menteri Luar Negeri Turki Ahmet Davutoglu pada pekan lalu mengatakan Ankara siap membantu perundingan tersebut jika kedua pihak memilih Turki sebagai tempat perundingan itu.
Hal tersebut senada dengan pernyataan sebelumnya dari Menteri Luar Negeri Iran Manouchehr Mottaki, yang memberitahu Ankara bahwa pihaknya siap melakukan perundingan di Turki dengan enam negara itu mengenai kegiatan nuklirnya itu.
(KR-PPT/B002)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010