Kirkuk, Irak (ANTARA News/AFP) - Kekerasan di Irak tengah dan utara Minggu menewaskan sembilan orang, empat diantaranya prajurit, kata beberapa pejabat keamanan.

Dalam serangan paling mematikan pada hari itu, ledakan bom pinggir jalan menewaskan tiga prajurit di sebuah kota sebelah selatan kota minyak Kirkuk, Irak utara, kata Kolonel Polisi Ahmed al-Barazanchi.

"Tiga prajurit tewas," katanya, dengan menambahkan bahwa serangan bom rakitan terhadap patroli militer itu terjadi di daerah Rashad.

Juga di dekat Kirkuk di kota Leylan, penembakan dengan kendaraan yang melaju menewaskan seorang warga sipil, kata Barazanchi. Tidak jelas mengapa orang itu dibunuh.

Kirkuk, 240 kilometer sebelah utara Baghdad, terletak di jantung provinsi penghasil minyak yang disengketakan oleh penduduk Arab, Turkmen dan Kurdi.

Di kota lebih ke utara lagi, Mosul, seorang penyerang bom bunuh diri meledakkan kendaraan di pos pemeriksaan gabungan militer-polisi, yang menewaskan satu prajurit dan mencederai empat orang, termasuk seorang prajurit dan seorang polisi, kata polisi.

Orang-orang bersenjata juga membunuh seorang penjaga toko di pusat kota Mosul, sementara dua orang lagi cedera dalam ledakan bom pinggir jalan di dekat pos pemeriksaan polisi.

Serangan-serangan penembakan lain di provinsi berpenduduk campuran Diyala menewaskan dua warga sipil, kata Mayor Polisi Firaz al-Dulaimi.

Di Baghdad, ibukota Irak, ledakan bom magnetis yang dipasang di sebuah mobil menewaskan satu orang dan mencederai empat lain di Wathaq Square di pusat kota tersebut, kata seorang pejabat kementerian dalam negeri.

Serangan-serangan itu merupakan yang terakhir dari gelombang kekerasan yang meningkat lagi di Irak dan terjadi hanya beberapa bulan setelah berakhirnya operasi tempur AS di Irak pada 31 Agustus.

Penarikan pasukan Amerika dilakukan bertepatan waktunya dengan meningkatnya serangan bom mobil dan penembakan yang ditujukan pada pasukan Irak yang mengambil alih tanggung jawab keamanan dari pasukan AS sejak 2009.

Ratusan orang tewas dalam gelombang kekerasan terakhir, termasuk sejumlah besar polisi Irak, namun AS tetap melanjutkan penarikan pasukan dari negara itu.

Meski kekerasan tidak seperti pada 2006-2007 ketika konflik sektarian berkobar mengiringi kekerasan anti-AS, sekitar 300 orang tewas setiap bulan tahun ini, dan Juli merupakan tahun paling mematikan sejak Mei 2008.

Militer AS menyelesaikan penarikan pasukan secara besar-besaran pada akhir Agustus, yang diumumkannya sebagai akhir dari misi tempur di Irak, dan setelah penarikan itu jumlah prajurit AS di Irak menjadi sekitar 50.000.

Penarikan brigade tempur terakhir AS dipuji sebagai momen simbolis bagi keberadaan kontroversial AS di Irak, lebih dari tujuh tahun setelah invasi untuk mendongkel Saddam.

Namun, pasukan AS terus melakukan operasi gabungan dengan pasukan Irak dan gerilyawan Kurdi Peshmerga di provinsi-provinsi Diyala, Nineveh dan Kirkuk dengan pengaturan keamanan bersama di luar misi reguler militer AS di Irak.

Para pejabat AS dan Irak telah memperingatkan bahaya peningkatan serangan ketika negosiasi mengenai pembentukan pemerintah baru Irak tersendat-sendat, beberapa bulan setelah pemilihan umum parlemen di negara itu.

Jumlah warga sipil yang tewas dalam pemboman dan kekerasan lain pada Juli naik menjadi 396 dari 204 pada bulan sebelumnya, menurut data pemerintah Irak.

Sebanyak 284 orang -- 204 warga sipil, 50 polisi dan 30 prajurit -- tewas pada Juni, kata kementerian-kementerian kesehatan, pertahanan dan dalam negeri di Baghdad kepada AFP.

Menurut data pemerintah, 337 orang tewas dalam kekerasan pada Mei.

Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan AS ditarik dari kota-kota di Irak pada akhir Juni 2009 telah menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan pasukan keamanan Irak untuk melindungi penduduk dari serangan-serangan gerilya seperti kelompok militan Sunni Al-Qaeda.

Gerilyawan yang terkait dengan Al-Qaeda kini tampaknya menantang prajurit dan polisi Irak ketika AS mengurangi jumlah pasukan menjadi 50.000 prajurit pada 1 September 2010, dari sekitar 170.000 pada puncaknya tiga tahun lalu. (M014/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010