Yogyakarta (ANTARA News) - Ratusan satwa di lereng Gunung Merapi bermigrasi ke sejumlah wilayah dan perkampungan penduduk akibat letusan yang terjadi beberapa waktu lalu.
"Akibat erupsi Gunung Merapi 2010, lebih dari 6.000 hektare hutan di lereng rusak parah akibat terbakar awan panas sehingga ratusan satwa yang biasa bermukim di wilayah tersebut bermigrasi ke luar dan sampai ke perkampungan penduduk," kata Kepala Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Wilayah I, Sartono, Minggu.
Menurut dia, banyak kera ekor panjang yang selama ini hidup di hutan kawasan bukit Plawangan, Kaliurang, turun hingga ke perkampungan yang berjarak 15 kilometer lebih dari puncak Gunung Merapi.
"Selain masuk ke perkampungan sebagian lagi diduga bermigrasi ke hutan Gunung Merbabu," katanya.
Ia mengatakan, memang sampai saat ini pihaknya belum melakukan pendataan secara resmi, namun wajar jika ratusan satwa tersebut bermigrasi ke hutan Gunung Merbabu.
"Secara naluriah mereka berlari atau berpindah mencari tempat yang aman karena habitat mereka di lereng Gunung Merapi diterjang awan panas," katanya.
Ia mengatakan, selain lari dari awan panas, rartusan satwa ini juga mencari makan di perkampungan.
"Ratusan lainnya masih bertahan di kawasan Tlogoputri, Kaliurang, di bawah hutan Plawangan yang sudah habis terbakar," katanya.
Awan panas juga membuat sarang burung elang Jawa di kawasan hutan Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Kecamatan, Cangkringan dan Kaliurang hancur terbakar.
"Elang juga pindah ke tempat yang aman namun ke mana mereka pindah kami belum tahu," katanya.
Kordinator Relawan Satwa Daniek Hendarto mengatakan, untuk membantu ratusan satwa tersebut bertahan hidup pihaknya akan memberikan pasokan makanan dan minuman untuk satwa-satwa yang masih bertahan di sekitar kawasan Tlogoputri, Kaliurang.
"Pasokan makanan ini kami lakukan sampai kondisi Tlogoputri normal," katanya.
Ia mengatakan, dalam kondisi darurat bencana Merapi pihaknya memprioritaskan satwa dalam zona bahaya tetap hidup. "Sapi, anjing, kucing yang kelaparan kami beri makan agar mereka tetap hidup," katanya.
(U.V001/N002/P003)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010