Partainya pernah menang pemilihan umum, tapi ia malah dijebloskan ke dalam penjara lalu diikuti dengan 15 tahun tahanan rumah, namun kini ia dapat menghirup udara bebas sekalipun tanda tanya besar tetap mengambang.
Pemimpin pro-demokrasi di Myanmar Aung San Suu Kyi "sepenuhnya bebas" tanpa syarat, demikian pengumuman seorang pejabat di negara yang dikuasai militer tersebut pada Sabtu (13/11), setelah perempuan pejuang demokrasi itu dibebaskan dari tahanan rumah.
"Ia sepenuhnya bebas --tak ada persyaratan sama sekali," kata seorang pejabat senior pemerintah kepada kantor berita Prancis AFP.
Namun pendukung Suu Kyi telah menyuarakan keprihatinan bahwa junta mungkin memberlakukan pembatasan atas gerakan dan kegiatannya, seperti yang dilakukannya selama masa kebebasan singkatnya sebelumnya.
Meskpun begitu, penduku Suu Kyi dilaporkan bergembira pada Sabtu, saat pegiat demokrasi tersebut muncul dari rumah yang menjadi tempat ia menjalani tujuh tahun terakhir hukumannya. Suu Kyi diberitakan tampil dengan wajah dihiasi tawa, senyum dan terlihat sehat.
Dengan tekad kuat dan perlawanan damai dalam menghadapi penindasan, Suu Kyi tetap menjadi tumpuan haran bagi banyak warga Myanmar, setelah hampir lima dasawarsa kekuasaan militer.
Para jenderal di negeri tersebut tampaknya sangat khawatir terhadap kepopuleran peraih Hadiah Nobel Perdamaian itu sehingga mereka menyekap perempuan bertubuh mungil yang berbicara dengan suara lembut dan berusia 65 tahun tersebut selama 21 tahun. Selama 15 tahun Suu Kyi menjalani penahanan rumah.
"Kita harus bekerja sama dalam persatuan," kata Suu Kyi kepada pendukungnya, sebagaimana diberitakan. Ia mengisyaratkan bahwa ia sama sekali tak bermaksud menghentikan perjuangan lamanya bagi demokrasi.
Suu Kyi membawa Liga Nasional bagi Demokrasi (NLD) ke kemenangan besar dalam pemilihan umum 1990, tapi rejim junta tak pernah menerima hasil pemilihan umum itu.
Partainya memboikot pemilihan umum pertama di negeri tersebut dalam 20 tahun, yang diselenggarakan pada 7 November. Alasannya ialah proses itu tak jujur. Namun tindakan tersebut membuat oposisi terpecah belah dan perhatian sekarang tertuju pada apakah Suu Kyi dapat menyatukannya lagi.
Selama tujuh tahun belakangan, Suu Kyi nyaris telah terputus dari dunia luar. Tak ada telefon atau akses Internet dan hanya dua perempuan pembantu yang menemani dia, selain kunjungan yang kadangkala dilakukan oleh pengacara dan dokternya.
Pada 2002, pemimpin oposisi itu sempat dibebaskan dan banyak orang mengerumuni dia ke mana pun dia pergi --peringatan bahwa bertahun-tahun penahanannya tak membuat kepopulerannya jadi pudar.
"Setelah 22 tahun sejak ia terjun ke dunia politik, ia telah menjadi satu lembaga sehingga masyarakat akan berkumpul di sekeliling dia selama ia masih hidup," kata Maung Zarni, peneliti tentang Myanmar di London School of Economic, kepada AFP.
Suu Kyi, yang mengenyam pendidikan di Oxford, memasuki kancah politik Myanmar saat usianya relatif tua, setelah ia melewati banyak waktunya di luar negeri, di India dan kemudian Inggris. Tapi politik selalu mengalir di dalam darahnya.
Ia adalah putri pahlawan kemerdekaan Myanmar Jenderal Aung San, yang dibunuh pada 1947. Ia kembali ke Yangon (dulu bernama Rangon) pada 1988 untuk mengurus ibunya, yang sedang sakit. Saat itu protes meletus guna menentang militer tapi digilas habis.
Ia segera tampil sebagai tokoh utama gerakan pro-demokrasi, dan mendesak pemerintah agar menyiapkan pemilihan umum.
Para jenderal yang berkuasa terkejut menyaksikan dukungan yang diperolehnya dan pada 1989 mereka memerintahkan penahanan rumah pertama buat Suu Kyi. Pengucilan paling akhir terhadap dia terjadi pada Mei 2003, setelah satu serangan mematikan terhadap rombongannya oleh pendukung junta.
Tak berarti
Sekarang sekalipun Suu Kyi telah "dibebaskan", kelompok penganjur demokrasi yang mewakili pemimpin oposisi itu berpendapat pembebasan tersebut sama sekali tak berarti apa, jika junta Myanmar tak mau melakukan dialog dengan hasil pemulihan demokrasi.
Freedom Now, kelompok penganjur hukum yang berpusat di AS dan bertindak sebagai penyuluh internasional buat Suu Kyi, dilaporkan menyambut baik pembebasan peraih Hadiah Nobel Perdamaian 1991 tersebut dari tahanan rumah pada Sabtu.
Kepopulerannya mengancam penguasa baru militer Myanmar. Pada 1989, ia ditahan dengan dakwaan mengganggu keamanan nasional dan dikenakan tahanan rumah. Ia baru dibebaskan pada 1995. Selama 21 tahun terakhir, ia telah dijebloskan ke dalam penjara dan dikenakan tahanan rumah selama lebih dari 15 tahun.
Tindakan junta Myanmar tersebut mendapat sambutan dari berbagai penjuru dunia. Pembebasan Suu Kyi telah memberi junta "amunisi" dalam menghadapi para pengeritik pemilihan umum dan catatan hak asasi manusia pemerintah, yang meliputi penahanan yang berlanjut atas sebanyak 2.200 tahanan politik dan aksi militer terhadap etnik minoritas.
Namun, menurut kelompok itu, pembebasan tersebut saja tak berarti apa-apa sampai junta memasuki proses dialog yang tak dapat diubah, dengan hasil perujukan nasional antara junta, NLD, berbagai kelompok entik dan pemulihan demokrasi di Myanmar --yang dulu bernama Burma.
Pemimpin Freedom Now Jared Genser, sebagaimana dilaporkan kantor berita trans-nasional, merujuk kepada satu pernyataan bahwa Suu Kyi telah dibebaskan dari tahanan rumah tiga kali sebelumnya.
Lalu apa? Tak ada perubahan mendasar di negeri itu.
Kini tak banyak yang mengetahui secara pasti apa rencana Suu Kyi selanjutnya, selain dari bergabung dengan Twitter untuk menjangkau pendukungnya di seluruh dunia. Tapi sedikit saja orang yang menduga ia akan meninggalkan perjuangannya bagi demokrasi.
ANT
Oleh Chaidar Abdullah
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010