Katakan ekonomi sudah full capacity seperti sebelum pandemi, biasanya mulai recovery dulu dan pada titik itu produsen tidak akan segera menaikkan harga, sehingga 3 persen masih moderat
Jakarta (ANTARA) - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai keinginan pemerintah menjaga inflasi pada tingkat 3 persen dan suku bunga Surat Utang Negara (SUN) 10 tahun 6,82 persen merupakan target yang moderat atau rasional.
“Katakan ekonomi sudah full capacity seperti sebelum pandemi, biasanya mulai recovery dulu dan pada titik itu produsen tidak akan segera menaikkan harga, sehingga 3 persen masih moderat,” kata Wakil Direktur Indef Eko Listiyanto dalam Diskusi Publik Indef secara daring, Selasa.
Namun, lanjut Eko, ketika pemulihan ekonomi seperti yang diharapkan terjadi pada 2022, pemerintah perlu mewaspadai potensi inflasi pangan.
“Kekurangan tidak tapi aksesibilitas, biasanya ketika demand meningkat tidak semua daerah punya supply yang cukup, nah di situ ada efek inflatoir,” ujar Eko.
Eko juga menilai target suka bunga SUN 10 tahun sebesar 6,82 persen masih moderat meski masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia.
Menurut dia, target defisit APBN masih cukup tinggi sehingga bunga obligasi tidak akan terlalu rendah.
“Harus menjanjikan bunga yang menarik agar orang mau membeli SUN kita. Kalau dalam konteks saat ini, sebetulnya ini target yang moderat,” katanya.
Tak hanya itu, Eko juga menilai target nilai tukar rupiah sebesar Rp14.350 per dolar AS merupakan bentuk optimisme seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang mulai terlihat pada 2021.
Namun ia menekankan bahwa kecepatan recovery setiap negara berbeda, khususnya negara maju yang berpotensi mengganggu stabilitas akibat capital outflows.
“Pemulihan yang cepat di negara maju juga peluang bagi kita untuk bisa mendorong ekspor dan bisa menghasilkan devisa serta memberikan bantalan pada penguatan nilai tukar kita,” jelas dia.
Sedangkan untuk pertumbuhan ekonomi 2022 sebesar 5 hingga 5,5 persen, ia menyebut target tersebut optimistis namun kurang realistis karena ketidakpastiaan pada 2022 masih tinggi. Sehingga dukungan pemulihan di sektor konsumsi, investasi, dan ekspor secara bersamaan menjadi komponen penting untuk mendukung pencapaian target tersebut.
“Jika salah satunya saja meleset, dugaan saya pertumbuhan ekonomi juga akan meleset di bawah 5 persen,” kata dia.
Dalam pidato penyampaian RUU APBN Tahun Anggaran 2022 dan Nota Keuangan pada Rapat Paripurna DPR-RI Tahun Sidang 2021 - 2022, Presiden Joko Widodo menyampaikan pada 2022, inflasi akan tetap terjaga pada tingkat 3 persen, menggambarkan kenaikan sisi permintaan, baik karena pemulihan ekonomi maupun perbaikan daya beli masyarakat.
Rupiah diperkirakan bergerak pada kisaran Rp14.350 per dolar AS, dan suku bunga Surat Utang Negara 10 tahun diperkirakan sekitar 6,82 persen yang mencerminkan fundamental ekonomi Indonesia dan pengaruh dinamika global.
Pertumbuhan ekonomi 2022 diperkirakan pada kisaran 5,0 sampai 5,5 persen dan pemerintah akan berusaha maksimal mencapai target pertumbuhan di batas atas, yaitu 5,5 persen.
Baca juga: Sri Mulyani: Perlu kerja keras capai target 5,5 persen pada 2022
Baca juga: Optimisme menatap pemulihan ekonomi 2022
Baca juga: RAPBN 2022 penuh optimisme namun tetap ekstra hati-hati
Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2021