Jakarta (ANTARA) - Musibah kecelakaan yang terjadi pada 2006 lalu membuat Jaenal Aripin, pemuda asal Sumedang, Jawa Barat, yang saat itu masih berusia 18 tahun harus kehilangan kedua kakinya.
Ketika itu, Jaenal yang sedang mengendarai motor bersama kawannya terlibat kecelakaan dengan truk batu bara bermuatan 25 ton di Bandung.
Kejadian 15 tahun lalu itu sempat membuatnya terpuruk. Tentu tak mudah bagi Jaenal yang ketika itu bekerja sebagai karyawan pabrik untuk menerima kenyataan.
Butuh waktu yang cukup panjang bagi pria kelahiran 29 Februari 1988 tersebut dalam memulihkan semangat dan kepercayaan dirinya.
Baca juga: Tangis Jaenal Aripin Pecah Usai Dapat Perak
Untungnya, keluarga, terutama kedua orang tuanya terus menyemangatinya sehingga Jaenal secara perlahan mampu bangkit dari keterpurukan.
Delapan tahun setelah kecelakaan, ajakan seorang teman untuk berolahraga di GOR Padjajaran, Bandung, membuat namanya kini berkibar sebagai atlet balap kursi roda cabang olahraga para-atletik.
Awalnya, Jaenal tak tahu ada olahraga yang menggunakan kursi roda, tetapi setelah mencoba akhirnya tertarik untuk menekuninya meski awalnya memang berat.
Di olahraga balap kursi roda, praktis Jaenal harus mengandalkan kekuatan tangannya untuk memutar pelek roda secara kuat agar melesat cepat.
Baca juga: Menpora motivasi atlet Indonesia yang berlaga di Paralimpiade Tokyo
Tak sia-sia, jerih payah Jaenal menekuni cabang olahraga atletik, khususnya di nomor sprint kursi roda, mengantarkannya menjadi salah satu atlet difabel andalan Indonesia.
Apalagi, setelah Jaenal bertemu dengan Pupung, sang istri yang dinikahinya pada 2015 dan telah dikaruniai anak yang tak pernah berhenti mendukungnya untuk mendulang medali.
Putra pasangan Hamid dan Juariah itu telah berkali-kali tampil di ajang internasional dengan meraih prestasi yang membanggakan.
Baca juga: Target lima medali di Paralimpiade Tokyo penuh perhitungan
Setelah berlatih sekitar tiga tahun, Jaenal diturunkan di ASEAN Para Games 2017 yang digelar di Kuala Lumpur, yakni di nomor 100 meter, 200 meter, dan 400 meter.
Jaenal sukses membawa pulang tiga medali sekaligus, yakni dua medali perak dan satu perunggu di ajang tersebut.
Pada Mei 2018, Jaenal berhasil merebut medali emas di nomor 200 meter T54 pada Kejuaraan Dunia Grand Prix Beijing, Cina, sementara di nomor 100 meter T54 meraih peringkat dua.
Atlet berusia 33 tahun itu juga mencatatkan raihan medali perak cabang olahraga para atletik nomor kursi roda 200 meter T54 putra Asian Para Games 2018.
Di ajang World Para Athletics Grand Prix Tunisia 2019, ayah satu anak itu kembali meraih medali emas di lintasan sprint 100 meter kelas T 54/53 balap kursi roda.
Baca juga: Presiden IPC tiba di Jepang untuk Paralimpiade Tokyo
Bahkan, Jaenal sudah masuk dalam peringkat 10 besar dunia untuk nomor 100 meter T54 dan 200 meter T54.
Kini, Jaenal bakal bertanding di Paralimpiade Tokyo 2020 yang berlangsung mulai 24 Agustus hingga 5 September 2021 di Jepang.
Bersama 22 atlet lainnya, Jaenal bakal mewakili Merah Putih pada pesta olahraga atlet disabilitas empat tahunan tersebut.
Baca juga: Komite Paralimpiade minta peserta waspadai lonjakan COVID-19 di Tokyo
Dari kursi roda, Jaenal bisa mengharumkan nama Indonesia di mata dunia. Kehilangan kaki tak lantas membuatnya menyerah untuk menuai prestasi.
Semoga di Paralimpiade Tokyo, Jaenal kembali melesatkan kursi rodanya sebagai yang tercepat dan membawa pulang medali untuk dipersembahkan kepada Ibu Pertiwi.
Biodata singkat:
Nama: Jaenal Aripin
Tempat tanggal lahir: Sumedang, 29 Februari 1988
Cabang: Para-atletik
Prestasi:
- ASEAN Para Games 2017 (2 perak, 1 perunggu)
- Kejuaraan Dunia Grand Prix Beijing 2018 (1 emas, 1 perak)
- Asian Para Games 2018 (1 perak)
- Kejuaraan Dunia Grand Prix Tunisia 2019 (1 emas)
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Teguh Handoko
Copyright © ANTARA 2021