Yogyakarta (ANTARANews) - Gunung Merapi kembali meluncurkan awan panas besar pada Jumat malam yang terjadi selama lebih dari satu jam.

Berdasarkan pantauan kamera CCTV yang dipasang di Deles Klaten, juga terlihat kolom asap cukup tinggi yang diikuti dengan munculnya lava pijar yang cukup besar sekitar pukul 18.45 WIB.

"Kami masih tetap menyatakan status Gunung Merapi dalam keadaan `awas` meskipun dalam beberapa hari terakhir ini intensitas seismik Merapi menurun," kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Surono di Yogyakarta, Jumat.

Menurut dia, luncuran awan panas selama lebih dari satu jam tersebut cukup berbahaya karena kondisi di Gunung Merapi sudah seperti jalan tol karena tidak ada lagi penghalang di sepanjang lereng tersebut seperti pepohonan.

Oleh karena itu, lanjut dia, diperkirakan luncuran awan panas tersebut kemungkinan bisa mencapai jarak cukup jauh.

Sebelumnya, pada pukul 12.54 WIB juga muncul awan panas berdurasi sekitar tiga menit yang meluncur ke arah selatan sejauh tiga hingga empat kilometer.

Pascaletusan 26 Oktober, intensitas seismik Merapi juga sempat mereda, namun kembali meletus besar pada 3 November dengan puncak letusan pada 5 November.

"Masyarakat tetap diminta untuk berada di luar radius 20 kilometer sebagai radius berbahaya yang telah ditetapkan sebelumnya ataupun beraktivitas di sepanjang alur sungai berhulu di Merapi," katanya.

Surono juga mengatakan, energi yang tersimpan di dalam tubuh Merapi masih cukup besar dan besarnya energi tersebut berbanding lurus dengan letusan.

Ia mengatakan, kemungkinan sejumlah daerah yang terletak di sisi barat dan barat daya Gunung Merapi akan kembali mengalami hujan pasir dan hujan abu.

Adanya hujan pasir dan abu tersebut menunjukkan bahwa aktivitas Gunung Merapi masih tinggi sehingga bisa menjadikan kewaspadaan bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya.

Namun demikian, Surono mengatakan bahwa relokasi warga yang semula tinggal di sekitar Gunung Merapi bukan merupakan pilihan terakhir, karena yang lebih penting dilakukan adalah manajemen risiko letusan Gunung Merapi.

"Tanah di sekitar gunung api tersebut akan semakin subur. Tetapi masyarakat juga perlu memiliki manajemen risiko yang baik," katanya.(*)
(U.E013/I007/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010