Jakarta (ANTARA News) - Ingin menyapa tuan rumah dengan menyajikan sensasi gambar dan sensasi suara dalam sinema berdurasi kurang 20 jam?
Seorang anak laki-laki yang pernah bermukim selama empat tahun di kawasan Menteng Dalam Jakarta, Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama mencetuskan diplomasi muncul, hilang, dan muncul lagi.
Diplomasi "Ci Luk Ba" sama dan sebangun dengan muncul, hilang, dan muncul lagi. Diplomasi "Ci Luk Ba" mengerucut kepada sensasi sebagaimana layaknya ketika menyaksikan tayangan film Spongebob.
Selain menggelikan, penonton dapat menuai arus kepolosan tokoh binatang laut bernama Patrick. Penampilannya "cool". Dan anak-anak sontak berujar, "I Lav Patrick".
Hati orangtua mana yang tidak bersorak ketika mendapati bahwa imajinasi buah hatinya disesaki aneka keterkejutan dan aneka ketegangan saat menyaksikan Spongebob movie.
Meski belum ajek mengucapkan kata Spongebob - karena masih berbunyi "Spomobob" - anak-anak dapat berkelakar dengan imajinasi. Para "little Angel masuk dalam beragam sensasi sarat drama.
Dengan mengasong sensasi cinta, anak-anak dan remaja bermain "ci luk ba" bersama sang boy friend. Ada cinta monyet dan ada cinta malu-malu kucing. Baik anak-anak dan remaja akan saling berkirim layanan pesan singkat (SMS), "Jangan lupa yah. Watch it. Really recommended, lho".
Selain lakon Spongebob, ada juga lakon Obama Anak Menteng. Sama-sama dari Amrik, keduanya memicu sensasi dan menyulut imajinasi. Sama-sama dari negeri Cowboy, keduanya menawarkan semarak dunia karnaval.
Dunia karnaval dipenuhi lagu dan musik, aksesori, pameran bahasa tubuh dan ekspresi menawan agar penonton mengucapkan satu kata yakni memesona!
Lihatlah bahasa tubuh si Patrick, amati gerak-gerik Obama, dan ikuti gaya bicara keduanya. Keduanya sama-sama memeluk benang merah bahwa sensasi sebuah karnaval menyajikan perilaku asyik menonton, berimpit bersama dan tidak kebagian tiket.
Rela mengantre berjam-jam dan bersedia berbagi tempat duduk menghiasi histeria nonton bareng tayangan pidato Obama di media televisi dan membaca berita di berbagai surat kabar nasional.
"Obama Memesona", demikian judul berita harian Media Indonesia. "Obama Kembali Menghirup Udara Jakarta", demikian judul berita harian Kompas. "Obama tak bawa hal konkret", demikian harian Bisnis Indonesia. Sedangkan sebuah stasiun televisi swasta meyesaki pemirsa dengan drama kedatangan Obama dari Lanud Halim Perdana Kusuma sampai Istana Merdeka.
Ketika merespons kedatangan Obama, baik media cetak maupun media elektronika sama-sama melaut dalam hamparan industri sinema yang mengusung arak-arakan dan menandu pameran perhatian.
"Sebagai anak laki-laki yang tinggal di Menteng Dalam, waktu itu saya tidak pernah berpikiran akan dijamu di tempat terhormat ini. Saya tidak pernah menyangka bisa memasuki tempat ini sebagai Presiden Amerika Serikat," tutur Obama.
Sensasi terus berlangsung. Obama dijamu dengan menu bebek asap dengan asparagus, mie bakso, nasi goreng berlauk ayam goreng kremes, telor ceplok, sate daging bumbu kacang, udang galah goreng tepung, dan acar. Sajian makan malam kemudian ditutup dengan hidangan pisang bakar dan es kopyor.
Dalam sambutan penutup, Obama memuji kelezatan hidangan makan malam dan berterimakasih untuk sajian mie bakso, nasi goreng, emping, dan kerupuk. "Semuanya enak," ujar Obama dalam Bahasa Indonesia. Ia juga masih mengingat satu-satunya gedung bertingkat di Jalan Thamrin saat itu adalah Sarinah dan orang-orang melintas dengan becak, sepeda, atau bemo.
Saat hadir dan berpidato di Universitas Indonesia, Obama menyebut sejumlah kata yang hidup dan dekat dengan masyarakat lokal, misalnya, "Selamat pagi, pulang kampung nih, Bhinneka Tunggal Ika, dan Pancasila".
Dalam konferensi pers bersama dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Merdeka, Jakarta, Obama juga melontarkan keinginan untuk lebih lama berada di Indonesia ada kunjungan keduanya nanti sebagai Presiden AS.
"Saya berharap akan kembali lagi membawa anak-anak dan mengunjungi tempat-tempat di luar Jakarta," ujarnya. Obama menyampaikan keinginannya untuk mengunjungi tempat-tempat menarik di Pulau Jawa seperti Yogyakarta dan juga mengunjungi candi-candi kuno yang pernah ia kunjungi sewaktu melewati masa kecil di Indonesia.
Sensasi histeria dalam kunjungan Obama tidak selalu membawa warta gembira sebagaimana layaknya menonton tayangan Spongebob. Kepulangan Obama ditanggapi sorak suka oleh sebagian masyarakat Jakarta.
Mereka merasa dapat beraktivitas secara normal kembali, karena selama dua hari masyarakat yang beraktivitas di sekitar Sudirman, Thamrin, dan Gatot Subroto, Jakarta, tiada henti diawasi.
Satu momen, menurut Andhy, salah seorang karyawan yang berkantor di Jalan Gatot Soebroto, bersama kawan-kawannya, ia merasa risih dengan kehadiran tentara di jalan protokol.
"Ya kita tahu kalau Amerika itu negara adikuasa. Tapi dari kemarin kita jadi seperti terkurung di rumah sendiri. Di jalan situ, aparat apa saja ada, dari tentara sampai satpam. Syukurlah akhirnya Obama pulang juga. Kalau lama di sini, bisa kacau Jakarta," katanya saat ditemui di sekitar kampus Universitas Paramadina, sebagaimana dikutip dari laman Kompas.Com.
Satu momen lain, ekonomi Tony Prasetiantono menyatakan, kedatangan Obama ke Indonesia tidak berdampak kepada peningkatan volume perdagangan AS-Indonesia.
"Saya kira sulit itu karena memang kalau dari sisi produk yang ada, kita beli dari AS, namun produknya banyak disaingi negara lain. Misalnya, mobil kan dari Jepang, Korea juga sama. Di sisi lain, ekonomi AS sedang mengurangi defisit, dengan China saja 250 juta dollar AS itu setahun," ujarnya.
Nah, momen bermakna ketika menonton Spongebob dan ketika menyambut kedatangan Obama ke Jakarta bermuara kepada prinsip pragmatisme. Prinsip pragmatisme menegaskan bahwa dunia yang kita alami semakin dimanusiawikan, semakin berwajah manusiawi.
Inilah humanisme. Manusia merupakan pusat dari filsafat pragmatisme, karena pragmatisme adalah filsafat tentang tindakan manusia. Kebenaran suatu ide atau teori terarah kepada kebenaran yang didasarkan kepada kegunaan dan kepuasaan yang dialami manusia. Manusia bersama pengalaman menjadi pusat dari filsafat pragmatisme.
Obama "terlahir" dari ranah pragmatisme. Dan pertanyaan khas pragmatisme adalah apa gunanya pengetahuan bagi hidup kita?
Dan, sebuah stasiun televisi swasta mengajukan pertanyaan reflektif, apa gunanya kedatangan Obama? Dan sebuah SMS terkirim, "So, udah ada perdamaian belum? Damai dong. Keliatannya kamu lagi nonton Spongebob, ya?" Jangan lagi "Ci Luk Ba". (A024/ART)
Oleh A.A. Ariwibowo
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010