Sejarawan yang banyak merekam perjalanan Republik Indonesia dengan kamera filmnya itu akan dimakamkan di tanah kelahirannya, Banda Neira, Maluku. Berbagai tokoh melayat ke rumah Des, kelahiran 17 November 1927 tersebut.
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik yang datang ke rumah duka Rabu siang mengemukakan bangsa indonesia kehilangan tokoh pejuang yang sejak giat sejak muda.
"Sampai akhir hayat jiwa perjuangannya tinggi. Dia sosok yang mengangkat patriotisme," kata Jero Wacik.
Menurut Jero Wacik, dirinya beberapa kali berdiskusi dengan Des Alwi tentang patriotisme. "Pak Des menyatakan keinginan untuk membuat suatu pameran tentang jiwa patriotisme, pameran itu tidak sekedar memajang benda-benda saja," kata Menbudpar.
Budayawan Taufik Ismail yang hadir di rumah duka mengemukakan Des adalah sosok pejuang kemerdekaan. "Beliau anak angkat Bung Hatta dan Sutan Syahrir. Sosoknya dikenal di Sumatera Barat dan bergelar Tuanku Pujangga Diraja," kata Taufik.
Des, Taufik, dan beberapa tokoh lainnya mendapat gelar sangsako adat (gelar kehormatan adat) tersebut pada Januari 2009 dari Daulat Yang Dipertuan Raja Alam Pagaruyung Sutan Muhammad Taufiq Thaib melalui persetujuan Limbago Tertinggi Pucuak Alam Minangkabau.
Sementara itu Letjen Purnawirawan Prabowo Subianto mengemukakan bahwa Des alwi adalah tokoh nasional, pelaku sejarah, dan seorang patriotik yang menjunjung nilai kebangsaan. "Dia tokoh yang diterima semua komunitas di Maluku. Saat kerusuhan, beliau yang melindungi komunitas-komunitas lain," kata Prabowo.
Lebih lanjut mantan Pangkostrad tersebut mengemukakan Des Alwi berjasa besar kepada negara, salah satunya karena membantu dokumentasi Indonesia sejak Zaman penjajahan Jepang. "Kalau tidak ada dokumentasi dari beliau kita akan kerepotan," kata Prabowo.
Sementara itu Direktur Jendral Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri, Andri Hadi, mengemukakan "Beliau memiliki kemampuan interaksi sosial yang tinggi sekali. Dalam waktu lima menit, dia bisa membuat orang asing menjadi sahabat. Orang tidak akan pernah lupa bahwa mereka pernah berkenalan dengan seorang Des Alwi. Saya kira duta besar negara asing yang pernah ditempatkan di Indonesia hampir semua kenal dengan Des Alwi."
Des Alwi adalah salah satu anggota Kelompok Pakar (EPG) hubungan Indonesia-Malaysia. Menurut Hadi, Des sangat berperan dalam konteks diplomasi luar negeri Indonesia, khususnya dalam membina hubungan antara Indonesia dengan Malaysia.
Hadi mengatakan, secara pribadi dirinya kagum dengan sosok Des Alwi yang sangat fasih menjelaskan kepada kenalannya mengenai sejarah Indonesia.
"Dia seperti buku sejarah berjalan yang menjelaskan masalah sejarah dengan penuh semangat. Saya pikir kita telah kehilangan tokoh besar," ujarnya.
Salah seorang anak Des, Tanya Alwi (50), mengemukakan ayahandanya sudah 8 bulan sakit jantung. "Tanggal 20 Oktober beliau menjalani bedah jantung. Setelah itu malah sakit ginjal lalu infeksi jantung dan koma beberapa kali," kata Tanya. Des menjalani perawatan di Rumah Sakit Cinere sebelum tutup usia di kediaman.
"Cita-cita beliau mau mengubah sekolah tinggi ilmu perikanan di kampung halamannya menjadi universitas," kata Tanya.
Des menikah dengan Anne Marie Mambu di Jakarta tahun 1953. Anne lebih dulu tutup usia. Pernikahan mereka dikaruniai empat dua anak laki-laki dan dua perempuan.
Penghargaan yang diterima Des antara lain Bintang Pejuang 45, Bintang Pejuang 50, dan pada tahun 2000 menerima Bintang Mahaputra Pratama.
(Yud/A038/BRT)
Pewarta: Yudha Pratama Jaya
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010