Palu (ANTARA News) - Penguatan rupiah terhadap dolar AS yang masih dalam batas normal dibanding dengan negera-negera berkembang lainnya membuat Indonesia belum terlalu merasakan dampak dari perang mata uang yang terjadi saat ini.
Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution di Palu, Jumat, mengatakan bahwa ada dua hal yang dilakukan dalam menghadapi situasi perang mata uang, yakni menjaga penguatan rupiah tidak terlalu cepat dan mempersiapkan langkah antisipasi jika terjadi arus balik modal asing.
Menurut Darmin, masa pemulihan ekonom negera-negera berkembang yang lebih cepat dibanding negara-negara maju, pemicu terjadinya perang mata uanng.
Tingkat suku bunga di negera-negara berkembang yang lebih tinggi mengakibat terjadinya pelarian modal dari negara-negara maju.
Aliran modal ini kemudian membuat nilai tukar mata uang negera-negara berkembang menguat namun dipihak lain menimbulkan kekhawatiran negara-negara maju sebab melemahkan daya saing mereka dalam perdagangan terutama ekspor.
"Akibatnya mereka (negara maju) mulai menjaga diri dengan melakukan intervensi dan kebijakan-kebijakan yang aneh-aneh yang justru memperburuk situasi perekonomian global,"katanya katanya.
Lebih lanjut Darmin mengatakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sejak Januari hanya menguat 5,5 persen, masih lebih rendah dibanding penguatan mata uang Malaysia dan Thailand sebesar 11 persen, serta Jepang 14 persen.
"Artinya penguatan rupiah tersebut masih cukup aman bagi Indonesia," ujarnya.
Selanjutnya, kata dia, bank sentral akan memupuk cadangan devisa yang lebih banyak yang dapat digunakan setiap saat jika terjadi pelarian modal asing-asing secara tiba-tiba.
"Kedua strategi ini yang tengah dilakukan saat ini dalam menghadapi situasi perang mata uang,"tambahnya.
Darmin menilai solusi terbaik keluar dari situasi perang mata uang ini adalah membangun konsesus internasional, namun ia pesimis hal itu dapat tercapai dalam waktu dekat ini.
Darmin berada di Palu, Sulawesi Tengah, untuk melantik Rahmat Hernowo sebagai Pemimpin BI Palu menggantikan Soeparmo.
(ANT-243/B008/S026)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010