Jakarta (ANTARA) - Paralimpiade Tokyo akan diadakan tanpa penonton di semua arena menyusul meningkatnya jumlah kasus COVID-19 di kota tuan rumah dan sejumlah wilayah lain di Jepang, seperti dilaporkan Kyodo, Senin, sekitar seminggu sebelum pembukaan acara multievent tersebut.

Menurut pejabat yang mengetahui rencana tersebut, kebijakan untuk menggelar Paralimpiade secara tertutup di Tokyo dan prefektur Chiba, Saitama dan Shizuoka telah ditetapkan dalam pertemuan pemerintah daerah yang terlibat di Paralimpiade, yang akan dimulai pada 24 Agustus.

Empat wilayah tersebut adalah lokasi dari semua arena pertandingan Paralimpiade. Namun para siswa dari sekolah tempat arena itu berada, yang berpartisipasi dalam program pendidikan yang didukung pemerintah, menjadi pengecualian.

Penyelenggara dijadwalkan melakukan pertemuan dengan pemerintah, Senin malam, di mana mereka diharapkan untuk meresmikan kebijakan tanpa penonton, seperti halnya dengan Olimpiade, yang telah berakhir pada 8 Agustus.

Pertemuan tersebut dihadiri oleh Presiden Komite Paralimpiade Internasional (IPC) Andrew Parsons, yang telah tiba di Jepang, kepala badan penyelenggara Seiko Hashimoto, Gubernur Tokyo Yuriko Koike dan menteri Olimpiade Jepang Tamayo Marukawa.

"Dengan mengambil langkah-langkah menyeluruh lebih lanjut yang diperoleh dari pengalaman menjadi tuan rumah Olimpiade, saya yakin bahwa kita dapat mewujudkan pertandingan yang aman dan lancar," kata Hashimoto.

Baca juga: Komite Paralimpiade minta peserta waspadai lonjakan COVID-19 di Tokyo

Keputusan tentang Paralimpiade telah ditunda hingga menit terakhir untuk memantau perkembangan pandemi di Jepang.

Tokyo telah berada dalam keadaan darurat COVID-19 sejak 12 Juli karena peningkatan kasus yang dipicu oleh varian delta yang sangat menular.

Tokyo melaporkan jumlah kasus harian dalam beberapa pekan terakhir telah memecahkan rekor, dengan penghitungan harian mencapai 5.773 kasus pada Jumat, hampir tiga kali lipat dari angka yang dicatat sebelum dimulainya Olimpiade pada 23 Juli.

"Mengingat jumlah kasus saat ini di Tokyo dan Jepang yang lebih luas, semua orang yang menghadiri pertandingan ini harus waspada dan mengikuti prinsip-prinsip buku pedoman setiap saat," tegas Parsons.

"Hanya dengan melakukan itu, kami akan dapat memberikan Paralimpiade yang aman dan spektakuler.

"Setelah lima tahun berlatih, para atlet sangat bersemangat. Mereka prima dan siap untuk tampil di tengah panggung. Saya tidak sabar untuk melihat mereka bertanding," kata presiden IPC tersebut yang menghadiri pertemuan itu secara virtual dari kamar hotelnya karena harus menjalani karantina sesuai dengan protokol COVID-19.

Baca juga: PM Jepang minta masyarakat tidak berpergian jelang Paralimpiade Tokyo
Baca juga: Penyelenggara pertimbangkan Paralimpiade Tokyo digelar tanpa penonton

Sementara itu, sebuah survei nasional yang dilakukan oleh Kyodo News, Senin, menunjukkan bahwa 64,7 persen publik menginginkan agar Paralimpiade digelar tanpa penonton.

Penyelenggara Paralimpiade sebelumnya mempertimbangkan untuk mengizinkan hingga 5.000 penonton di Prefektur Shizuoka, yang akan menjadi tuan rumah balap sepeda, selama jumlahnya tidak melebihi 50 persen dari kapasitas arena.

Namun hal itu berubah ketika gubernur Shizuoka, Senin, meminta agar pemerintah pusat memperluas cakupan keadaan darurat saat ini untuk memasukkan prefektur tersebut dengan alasan sistem pelayanan kesehatan tertekan karena lonjakan kasus COVID-19.

Paralimpiade diperkirakan akan melibatkan sekitar 4.400 atlet dari hampir 160 negara, namun pejabat IPC, Senin, mengatakan Afghanistan kemungkinan tidak akan berpartisipasi setelah pemerintah Afghanistan runtuh, Minggu, dan Taliban mengambil alih negara itu.

Baca juga: Cincin Olimpiade di Tokyo dilepas, diganti dengan logo Paralimpiade
Baca juga: Kirab obor Paralimpiade Tokyo tidak memungkinkan digelar di jalan umum

Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Rr. Cornea Khairany
Copyright © ANTARA 2021