hingga medio kwartal ketiga 2021, Aceh menduduki peringkat pertama nasional kejadian bencana hidrometeorologi terbanyak berupa banjir.
Banda Aceh (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingatkan masyarakat Provinsi Aceh untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana alam yang dipicu akibat perubahan cuaca di wilayah ujung barat Indonesia itu.
Kepala BMKG Provinsi Aceh Nasrol Adil di Banda Aceh, Senin mengatakan berdasarkan data dari Pusdalops Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), bahwa hingga medio kwartal ketiga 2021, Aceh menduduki peringkat pertama nasional kejadian bencana hidrometeorologi terbanyak berupa banjir.
“Hal ini sudah sepatutnya dan harus menjadi perhatian kita bersama terutama dalam penyusunan langkah-langkah mitigasi, terlebih juga dipengaruhi berbagai aspek ketidakpastian (uncertainty) akibat anomali cuaca dan kondisi dinamika atmofer yang kian unik dan dinamis,” kata Nasrol Adil.
Pernyataan itu diutarakan Nasrol usai rapat koordinasi dengan Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI) Aceh dan Pusdalops se Aceh, sebagai upaya pemerintah dalam mewujudkan Indonesia nol korban (zero victims), mengingat semakin meningkatnya kejadian bencana alam di Aceh.
Ia menyebutkan hingga kwartal kedua 2021 yakni periode Januari-Juni, Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) mencatat 365 kejadian bencana alam di daerah Tanah Rencong itu, dan lebih dari 90 persen di antaranya merupakan bencana alam hidrometeorologi yang didominasi banjir, longsor, angin puting beliung, dan kebakaran hutan dan lahan.
Baca juga: BMKG: Aceh masih diguyur hujan dan angin kencang
Baca juga: BMKG: Waspadai gelombang tinggi 6 meter di perairan Aceh
“BMKG saat ini terus berupaya meningkatkan kualitas dan kuantitas penyebaran informasi cuaca, baik berupa prakiraan ataupun peringatan dini untuk dapat diterima oleh stakeholder BMKG maupun masyakat secara langsung,” katanya.
Melalui rapat koordinasi itu, Nasrol mengharapkan akan terwujud sebuah langkah pemberdayaan masyarakat yang berfokus pada kegiatan partisipatif dalam melakukan kajian, perencanaan, pengorganisasian, serta aksi yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan.
“Langkah ini sebagai upaya kita dalam mewujudkan masyakarat yang sadar bencana guna mengurangi risiko dan peningkatan mitigasi untuk keselamatan masyakarat Aceh,” katanya.
Sementara itu, Ketua RAPI Aceh Rahmat Thalib mengatakan dalam merespon potensi bencana itu, pihaknya siap membantu pemerintah dan masyarakat dalam menyiarkan informasi darurat. Begitu juga langkah sigap dalam mendukung Indonesia zero victims.
“Kami akan bertekad untuk dapat menyelamatkan orang banyak. Karena jika kita berbicara kebencanaan kita tidak hanya berbicara materi, tetapi lebih kepada kemanusiaan,” katanya.
RAPI juga akan terus membangun dan meningkatkan kerjasama dengan operator jaringan telekomunikasi terutama radio dalam mendukung diseminasi informasi kebencanaan berkelanjutan, termasuk program broadcast ataupun breaking news informasi kebencanaan Aceh, kata Rahmat lagi.
Baca juga: BMKG sebut terjangan banjir di Aceh akibat tekanan rendah udara
Pewarta: Khalis Surry
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2021