Jakarta (ANTARA) - Mata adalah salah satu panca indra yang sangat vital dengan fungsinya untuk melihat, baik jauh maupun dekat, tetapi ada sejumlah orang yang memiliki kondisi khusus, yakni berpenglihatan terbatas (low vision).
Penyandang "low vision" memiliki jarak pandang yang sangat terbatas, termasuk Putri Aulia, sosok asal Sei Rotan, sebuah desa di Deli Serdang, Sumatra Utara, yang jarak pandang maksimalnya hanya sampai lima meter.
Siapa sangka, Aulia, sapaan akrab dara kelahiran 23 Juli 1994 itu adalah seorang atlet yang telah meraup banyak medali cabang para-atletik, baik skala nasional maupun internasional.
Baca juga: Menpora kukuhkan dan lepas kontingen Indonesia ke Paralimpiade Tokyo
Sulung dari tiga bersaudara itu memiliki disabilitas visual sedari kecil yang menyebabkan jarak pandang indra penglihatannya terbatas.
Namun, kondisi tersebut tidak menjadi alasan Aulia untuk menyerah, terbukti dari capaian prestasi yang diraihnya, baik di bidang akademik maupun olahraga.
Di bidang akademik, perempuan 27 tahun itu berhasil menyelesaikan studi program sarjananya di Universitas Negeri Medan (Unimed).
Aulia baru berkecimpung di dunia atletik tahun 2016. Seorang pelatih yang mencari bibit-bibit atlet difabel menemukan Aulia saat masih berstatus mahasiswa semester akhir di Unimed.
Karier olahraga Aulia ternyata langsung melejit setelah berhasil menembus pemusatan latihan daerah Sumut yang disiapkan untuk Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) 2016 di Bandung, Jawa Barat.
Di Peparnas 2016, Aulia berhasil meraih empat medali emas sekaligus di ajang yang pertama kali diikutinya itu.
Empat medali itu, yakni nomor lari 100 meter, lari 200 meter, lompat jauh, dan lari estafet 4x100 meter.
Baca juga: PEPARNAS - Putri Aulia pecahkan tiga rekor atletik
Prestasi gemilang itu membuatnya dilirik oleh Komite Paralimpiade Nasional (NPC) yang mengantarkan Aulia bertanding di ASEAN Para Games 2017 di Malaysia.
Tak tanggung-tanggung, Aulia kembali membuktikan ketangguhan kakinya di ajang ASEAN Para Games 2017 dengan meraup tiga medali emas.
Dari tiga nomor yang diikutinya, atlet berparas manis itu menyapu bersih tiga medali emas.
Di nomor lari 100 meter T13 putri, Aulia mencatatkan waktu tercepat, yakni 12,66 detik, mengungguli rekan senegaranya Ni Made Arianti (13,04 detik), dan Felicia dari Malaysia dengan torehan waktu 14,12 detik.
Saat tampil di nomor 400 meter T13, Aulia kembali berhasil menjadi yang tercepat dengan torehan waktu 63,13 detik.
Demikian pula di nomor 200 meter T13 putri, Aulia menggenggam medali emas ketiga dengan catatan waktu 26,55 detik.
Kelas T13 ASEAN Para Games merupakan kompetisi untuk para atlet berpenglihatan terbatas dengan jarak maksimal enam meter.
Baca juga: ASEAN Para Games - Putri Aulia si ratu lintasan sprint T13
Selang setahun, istri dari Nur Ferry Pradana, sesama atlet para-atletik itu kembali meraih emas di Asian Para Games 2018 yang berlangsung di Jakarta untuk nomor lari 100 meter T13 putri.
Medali perunggu juga didapatkannya untuk nomor lari estafet 4x400 meter Asian Para Games Jakarta 2018.
Tak hanya itu, Aulia pun telah mengoleksi medali dari Grand Prix Tunis 2019, yakni medali perunggu 100 meter T13 dan medali perak 200 meter T13.
Aulia berhasil membuktikan kemampuannya menembus batas meski dikaruniai indera penglihatan dengan jarak pandang yang terbatas.
Kini, saatnya Aulia menunjukkan kembali ketangguhannya berlaga di Paralimpiade Tokyo 2020 yang akan berlangsung 24 Agustus hingga 5 September 2021 di Jepang.
Bersama 22 atlet lainnya, Aulia bakal mewakili Merah Putih pada pesta olahraga atlet disabilitas empat tahunan tersebut.
Baca juga: Target lima medali di Paralimpiade Tokyo penuh perhitungan
Biodata singkat:
Nama: Putri Aulia
Tempat tanggal lahir: Deli Serdang, Sumatra Utara, 23 Juli 1994
Cabang: Para-atletik
Prestasi:
- Pekan Paralimpiade Nasional 2016 (4 emas)
- ASEAN Para Games 2017 (3 emas)
- Asian Para Games Jakarta 2018 (1 emas, 1 perunggu)
- Grand Prix Tunis 2019 (1 perak, 1 perunggu)
Baca juga: Indonesia kirim atlet terbanyak sepanjang sejarah di Paralimpiade
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2021