Jambi (ANTARA News) - Berbagai elemen masyarakat, mulai dari LSM dan Mahasiswa, terus melakukan aksi solidaritas serta mengutuk keras tindakan aparat yang menembak hingga mengakibatkan meninggalnya Ahmad Adam bin Syafri (45).
Ketua Persatuan Petani Jambi (PPJ), Aidil Putra di Jambi, Kamis mengatakan, banyak dukungan yang mengalir atas kasus penembakan itu diantaranya dari LSM Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jambi, Warsi, Capa, Setara, Konsorsium Pembaruan Agraria, Aliansi Petani Indonesia (API), Serikat Petani Indonesia (SPI) serta LSM dan mahasiswa.
Korban merupakan petani yang tinggal di Kelurahan Senyerang, Kecamatan Senyerang, Kabupaten Tanjungjabung Barat, Provinsi Jambi dan meninggal dunia akibat tertembak pada Senin (8/11).
Selain dari LSM lokal, juga memberikan dukungan untuk terus memperjuangkan hak petani di Jambi, datang dari LSM luar daerah seperti Federasi Perjuangan Buruh Jabodetabek (FPBJ), Aliansi Buruh Menggugat (AMB) dan Serikat Petani Kerawang (Sepetak) dan lainnya.
Mereka semua mendukung perjuangan petani di Jambi dan menyatakan mengutuk atas tindakan atau kasus penembakan yang terjadi pada beberpa hari lalu di Jambi yang menewaskan seorang petani dalam aksinya di Desa Senyerang.
PPJ dan LSM serta mahasiswa menyatakan, pihaknya sangat mengutuk keras atas tindakan itu dengan meminta agar pihak Polri bisa mengusut tuntas kasus ini.
Persatuan Petani Jambi juga meminta pemerintah mencabut izin prinsip PT Wirakarya Sakti serta perusahaan di bawah Sinar Mas Group yang ada di Provinsi Jambi, meminta Menteri Kehutanan RI mengembalikan lahan milik petani yang diserobot pihak perusahaan itu.
Sehari sebelumnya aksi solidaritas berupa unjuk rasa dilakukan berbagai elemen LSM dan mahasiswa, antara lain dari Gerakan Pecinta Manusia dan Petani serta Kelom Masyarakat Adat, Community Aliance for Palp-Paper Advocacy, Front Mahasiswa Nasional, Mapala Gema Cipta Persada Universitas Batanghari Jambi, Perkumpulan Hijau dan Yayasan Setara Jambi.
Dalam aksi beberapa hari lalu tersebut pengunjukrasa mendatangi kantor Gubernur Jambi dengan membawa keranda dan karangan bunga tanda duka cita, akibat kejadian tersebut. Tanpa mendapat tanggapan pigak pemerintah Provinsi Jambi, maka para pengunjukrasa sebelum mengakhiri aksinya, meletakkan keranda dan karangan bunga pesis didepan ruang kerja Gubernur Jambi Hasan Basri Agus.
Berdasarkan informasi sebelum kejadian hari itu, sedikitnya ada tiga unit tugboa, meliputi Sindo Perkasa II, Marcopolo II dan Union Star 27 saat menarik tiga kapal, Sindo Ecean Marine, Marcopolo 90 dan Sejahtera yang mengangkut solar dari Tebingtinggi ke Kualatungkal, Ibukota Kabupaten Tanjungjabung Barat.
Melihat kapal-kapal itu memaksa menerobos hadangan, maka warga langsung melempari kapal dengan benda keras, anak panah dan bom molotov kearah tugboad, akhirnya salah satu tongkang habis terbakar. Merasa terancam para aparat yang mengawal tugboat melepaskan beberapa kali tembakan peringatan tapi tak diindahkan, akhirnya melepas tembakan kearah warga.
Akibat peristiwa itu hingga saat ini di lokasi kejadian masih tampak mencekam. Para warga yang masih diselimuti rasa amarah tetap melakukan aksi pemblokiran di Sungai Pangabuan di Desa Senyeranga atau tempat kejadian perkara.
Warga melakukan perlawanan dengan pihak perusahaan karena menuntut dikembalikannya lahan seluas 7.224 Ha yang telah dikuasai PT Wira Karya Sakti (WKS) sejak 2001.
Lahan seluas tujuh ribu hektare yang diklaim warga berada dalam Hutan Produksi sesuai dengan Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor 64/Kpts-II/2001, tentang Pemberian Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri Atas Areal Hutan seluas 191.130 hektare. Kini sudah ditanami akasia untuk bahan baku bubur kertas milik PT WKS.
Sementara itu, Kabis Humas Polda Jambi, AKBP Almansyah ditempat terpisah menyatakan, pihaknya kini telah menurunkan tim investigasi ke lokasi terjadinya bentrok.
"Kita telah menurunkan tim investigasi dari jajaran Direktur Reserse dan Kriminalitas beserta Propam Polisi daerah Jambi ke lokasi kejadian. Diharapkan, tim akan menemukan apa penyebab dan siapa yang salah dalam peristiwa itu", katanya lagi.
Polisi akan tetap melaksanakan prosedur hukum berlaku, siapa dan dari pihak mana saja yang diketahui bersalah dalam kejadian itu akan ditindak sesuai hukum berlaku. Tim juga akan meneliti apakah peluru yang mengenai kepala korban hingga tewas, memang berasal dari aparat kepolisian atau bukan serta untuk melihat secara pasti apakah jenis peluru tajam atau peluru karet.
Sementara itu, Redaktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jambi, Arief Munandar menyatakan, kejadian konflik dan bentrok fisik seperti ini sudah untuk kesekian kalinya, kesalahan utama karena pihak pemerintah, baik pusat maupun daerah lamban dalam mengambil sikap. Kemudian disusul sikap arogan pihak perusahaan yang tidak mau mengembalikan lahan warga yang telah mereka gusur. (N009/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010