Jakarta (ANTARA) - Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti menyinggung kurangnya dukungan negara terhadap sejumlah produksi alat medis dari anak bangsa.

LaNyalla saat memimpin Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR RI dan DPD RI Tahun 2021 di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Senin, menyebutkan selama ini industri alat kesehatan masih didominasi produk impor.

"Pandemi COVID-19 memberi hikmah besar bagi bangsa Indonesia yaitu terungkapnya kelemahan-kelemahan fundamental yang selama ini tidak disadari. Kelemahan pertama adalah rapuhnya ketahanan di sektor kesehatan," kata LaNyalla.

Menurut LaNyalla, hal itu tampak jelas saat jumlah pasien COVID-19 meningkat tajam. Rumah sakit nyaris tidak dapat menampung, fasilitas kesehatan, alat medis, obat-obatan dan oksigen serba kekurangan.

"Kita jadi tahu bagaimana industri alat kesehatan kita masih didominasi produk asing. Sementara inovasi anak bangsa dalam produksi sejumlah alat pendukung medis di tengah pandemi belum mendapat kepercayaan dari kita sendiri. Mulai dari ventilator sampai Vaksin Merah Putih dan Vaksin Nusantara," ucapnya.

Kemudian, pandemi juga membuat segala hal yang menjadi kekurangan seperti terlihat di sektor pendidikan nasional. Menurut Senator asal Jawa Timur itu ketika dihadapkan kepada pola baru yakni belajar dari jarak jauh atau online, dunia pendidikan negara ini belum siap.

Baca juga: Ketua DPD kupas pasal 29-33 UUD 1945 saat pimpin sidang DPR-DPD

Baca juga: Ketua DPD RI singgung peran Kerajaan Nusantara pada sidang tahunan

"Di kalangan pendidik kemampuan mengajar secara digital masih belum merata. Belum lagi kesenjangan ekonomi dan akses internet atau dukungan sarana dan dukungan infrastruktur di desa dan pelosok negeri,” kata dia.

Selanjutnya di sektor ketahanan sosial, negara ini kesulitan dalam menjangkau masyarakat. Bahkan untuk distribusi bantuan sosial secara cepat dan tepat, masih terkendala.

"Bagaimana kita lihat terjadi carut marut database penerima bantuan sosial," ujarnya.

Kemudian distribusinya pun katanya lambat karena karakteristik penduduk yang memiliki mobilitas urbanisasi yang tinggi dan banyak yang belum tersentuh akses perbankan.

"Ini menjadi pekerjaan kita hari ini agar ada penyempurnaan ke depan," tutur mantan Ketua Umum PSSI itu.

Pandemi juga memberi hikmah sekaligus pekerjaan besar untuk memikirkan ulang ketahanan ekonomi di sektor produksi dalam negeri, mulai dari skala usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) hingga menengah besar.

"Di masa pandemi kita melihat bagaimana UMKM yang mengandalkan transaksi langsung di pasar merasakan dampak dari konsekuensi pembatasan sosial. Sedangkan market place melalui sejumlah unicorn lebih banyak diisi barang impor. Kita hanya menjadi drop shipper dan pedagang yang membuka toko saja," ucapnya.

Kelemahan-kelemahan di berbagai sektor itu harus dibenahi oleh bangsa ini. Menurut LaNyalla, momentum peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia di tengah pandemi seharusnya menjadi pemicu semua elemen untuk bersama-sama mengerjakan tugas berat ke depan.

Agar menurut Ketua DPD RI itu harapan Indonesia sebagai negara yang tangguh dan tumbuh segera tercapai.

"Setiap musibah dan bencana, selalu ada hikmah. Begitu juga dengan pandemi COVID-19. Tentu hal itu menjadi titik awal pekerjaan besar bangsa ke depan. Yakinlah, setelah kesulitan pasti ada kemudahan. Selama kita terus berikhtiar sekuat tenaga, tidak putus asa dan selalu berdoa," ujarnya.

Pewarta: Boyke Ledy Watra
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2021