Jakarta (ANTARA News) - Gubernur Bank Indonesia Boediono mengatakan, dari hasil laporan tahap awal Bank Indonesia, transaksi derivatif di dalam negeri masih dalam batas yang aman.

"Kita akan periksa lebih dalam lagi, tapi hasil yang pertama mungkin kita bisa sampaikan bahwa jumlahnya masih dalam batas yang aman," katanya di Jakarta, Jumat.

Menurut Boediono, BI akan terus memperketat pengawasan transaski derivatif di perbankan terutama terkait dengan transaksi spekulatif yang telah dilarang BI.

Mengenai kemungkinan transaksi spekulatif yang sudah ditemukan sebelumnya, BI sekarang fokus untuk menyelesaikannya.

"Sekarang kita tinggal menyelesaikan yang sudah terlanjur ada," katanya.

Bank Indonesia tengah menyelidiki kemungkinan adanya kerugian yang dialami perbankan karena transaksi derivatif.

"Memang ada yang rugi, namun kita belum tahu sebabnya. Itu yang kita masih selidiki, apa memang gara-gara transaksi derivatif atau bukan," kata Direktur Penelitian dan Pengaturan Perbankan Halim Alamsyah.

Menurut Halim, BI tengah mengumpulkan data-data terkait kerugian perbankan tersebut.

"Data-datanya masih dikumpulkan, karena nggak mudah itu. Banyak yang perlu kita ketahui data-datanya, maturity structure (struktur jatuh tempo)-nya, lalu berapa eksposurnya, itu kita coba periksa. Jadi belum lengkap," katanya.

Menurut dia, BI telah memberikan rambu-rambu bahwa produk derivatif yang bersifat spekulatif telah dilarang, begitu pula structured product. Sementara produk derivatif yang bersifat lindung nilai diperbolehkan.

Deputi Gubernur Senior Miranda S Goeltom mengatakan, kemungkinan kerugian perbankan akibat transaksi derivatif sedikit.

"Tidak terlalu banyak bank-bank (yang memiliki transaksi derivatif) dan kerugiannya juga tidak terlalu besar. Tidak seperti di Meksiko, Brasil atau Korea," katanya.

Sebelumnya transaksi derivatif telah menjadi bahan pembicaraan terutama terkait dengan produk derivatif yang bersifat spekulatif. Sebab, produk tersebut yang mensyaratkan penggunaan dolar AS sehingga memunculkan tekanan terhadap nilai tukar rupiah.

Deputi Gubernur BI Siti Fadjriah mengatakan, structured product yang dilaporkan ke BI nilainya sekitar tiga miliar dolar AS.

Sebelumnya Anggota DPR RI Dradjad H Wibowo mengatakan produk derivatif spekulatif mencapai empat miliar dolar AS.

Kerugian akibat transaksi derivatif telah dialami oleh Bank Danamon sehingga laba bersih bank publik itu dilaporkan turun akibat transaksi yang dikenal dengan istilah foreign exchange forward itu.

Laba Bank Danamon 2008 dilaporkan turun menjadi Rp1,5 triliun dari Rp2,1 triliun pada 2007. Penurunan itu terjadi karena Danamon harus mencadangkan dana untuk kontrak foreign exchange forward.

Dalam keterangan persnya, Direktur Utama Danamon Sebastian Paredes mengatakan, laba bersih setelah pajak Bank Danamon dari kegiatan bisnis inti seharusnya mencapai Rp2,3 triliun apabila tidak harus menyadangkan untuk kontrak valuta asing itu.
(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009