Saya terkejut menerima dukungan dari banyak orang ini

Jakarta (ANTARA) - Dari sekian banyak kendala yang dihadapi para atlet dalam mempersiapkan diri untuk bertanding pada Paralimpiade, masalah finansial bisa jadi salah satu isu terbesar.

Dengan peralatan khusus berkualitas tinggi yang merupakan suatu keharusan untuk mewujudkan potensi atletik mereka, sebagian besar atlet Paralimpiade Jepang telah beralih mencari dukungan secara online untuk menutupi biaya.

Melalui kampanye crowdfunding atau urun dana, mereka meminta bantuan dari pecinta olahraga yang bersedia menyumbangkan uang yang, bersama bakat dan tekad seorang atlet, sangat penting untuk mencapai impian Paralimpiade mereka.

Baca juga: Presiden IPC tiba di Jepang untuk Paralimpiade Tokyo

Atlet menembak Paralimpiade Mika Mizuta adalah salah satu atlet yang telah menggunakan model pendanaan crowdfunding untuk mengumpulkan sumbangan secara online. Musim semi lalu, dia mengumpulkan sekitar 4 juta yen atau sekitar Rp524 juta untuk kursi roda yang akan digunakan dalam pertandingan.

Perempuan berusia 23 tahun itu sebelumnya puas dengan kursi roda dari rumah sakit yang dia pakai sejak dia masih di sekolah menengah pertama. Namun, untuk berinvestasi dalam kursi roda berkualitas tinggi yang dibutuhkan untuk bersaing di tingkat Paralimpiade, dia meminta bantuan dari para penggemarnya secara online.

"Saya terkejut menerima dukungan dari banyak orang ini," kata Mizuta, dikutip dari Kyodo, Senin.

Almamaternya, Universitas J.F. Oberlin, yang mengelola proyek tersebut, membantunya tidak hanya mencapai target penggalangan dana tetapi hampir dua kali lipat dari jumlah yang awalnya ditentukan.

Setelah hasil penggalangan dana tersebut, dia berjanji untuk "memberikan hasil" di Paralimpiade Tokyo, yang akan berlangsung pada 24 Agustus hingga 5 September.

Keiko Tanaka, seorang atlet boccia dengan cerebral palsy, beralih ke crowdfunding pada 2019 dan mengumpulkan lebih dari 1 juta yen yang dia gunakan untuk, salah satunya, membeli alat bantu -- jalan untuk mendorong bola ke arah bola target.

Baca juga: PM Jepang minta masyarakat tidak berpergian jelang Paralimpiade Tokyo

"Saya ingin benar-benar siap ketika saya berkompetisi," kata pria berusia 39 tahun itu.

Koyo Iwabuchi, yang diunggulkan di tenis meja Paralimpiade putra, mengadakan turnamen eksibisi Iwabuchi Open di Tokyo November lalu untuk memberi para atlet Paralimpiade kesempatan agar tetap berada di puncak permainan mereka dan mempromosikan olahraga tersebut setelah kompetisi dibatalkan karena pandemi.

Atlet berusia 26 tahun itu menerima 560.000 yen (sekitar Rp73 juta) dari 100 penyumbang crowdfunding.

Takahiro Matsuzaki, perwakilan dari Athlete Flag Foundation, yang mengoperasikan layanan penggalangan dana yang berfokus pada atlet bernama Unlim, mengatakan pendekatan kolektif adalah strategi terbaik untuk atlet yang mengalami kesulitan keuangan yang diperburuk oleh pandemi.

"Karena pandemi virus corona, banyak atlet yang meminta bantuan dana terus menerus untuk berlatih dan bertanding. Kita memasuki era di mana tidak hanya perusahaan tetapi individu dan masyarakat pada umumnya mendukung atlet," kata Matsuzaki, demikian Kyodo.

Baca juga: Komite Paralimpiade minta peserta waspadai lonjakan COVID-19 di Tokyo
Baca juga: Indonesia kirim atlet terbanyak sepanjang sejarah di Paralimpiade

Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2021