Semarang (ANTARA News) - Dinas Kesehatan Jawa Tengah mencatat bahwa infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) merupakan penyakit dominan yang diderita para pengungsi korban erupsi Gunung Merapi, dibanding penyakit lain yang ditemui di pengungsian.
Kepala Dinkes Jateng, Mardiyatmo, di Semarang Kamis mengatakan, penyakit ISPA menduduki urutan pertama dari berbagai penyakit yang diderita pengungsi sebagai dampak utama dari abu vulkanik yang dikeluarkan Gunung Merapi.
"Sekitar sepertiga dari penyakit yang diderita para pengungsi Merapi adalah ISPA, mencapai sebesar 36,04 persen, setelah itu sejumlah penyakit, seperti sakit kepala, gangguan pencernaan, dan hipertensi," katanya.
Ia mengatakan bahwa para pengungsi juga mengeluhkan nyeri karena kurang bergerak selama berada di pengungsian, kemudian sakit mata, diare, dan penyakit kulit mengingat kondisi kebersihan tempat pengungsian yang kurang terjaga.
Menurut dia, kondisi dan lingkungan tempat pengungsian memang memungkinkan berbagai penyakit yang muncul dan cepat menular. Karena itu perlu terus diwaspadai, terutama diare, sakit kulit, dan sakit mata.
"Selain itu, para pengungsi juga dikhawatirkan mengalami tekanan psikologis, mengingat duka dan kesedihan yang dialami mereka akibat bencana Merapi itu. Itu juga harus perlu diwaspadai sebagai dampak bencana," katanya.
Karena itu, kata dia, Dinkes Jateng terus berupaya melakukan pemeliharaan kesehatan bagi para pengungsi, salah satunya dengan memenuhi dan mencukupi standar gizi selama mereka berada di lokasi pengungsian.
"Usaha lain yang dilakukan, melakukan penyemprotan secara intensif untuk menghindari berkembangnya serangga yang dikhawatirkan menularkan penyakit, kemudian logistik dan pakaian layak bagi pengungsi," katanya.
Ia mengatakan, pihaknya juga terus melakukan sosialisasi dan promosi tentang Perilaku dan Kebutuhan Hidup Sehat (PHBS) kepada para pengungsi dengan selalu menjaga kebersihan selama mereka di pengungsian.
Mardiyatmo menyebutkan Pemerintah Provinsi Jateng telah mendirikan 362 posko kesehatan untuk pengungsi Merapi, paling banyak berada di Kabupaten Magelang sebanyak 224 posko, sisanya di Kabupaten Boyolali dan Klaten.
"Kami mengharapkan masing-masing posko kesehatan tersebut bisa melayani setidaknya 700-1.000 pengungsi," katanya.
Terkait tanggungan biaya pengobatan bagi pengungsi yang dirawat di rumah sakit, ia mengaku sejauh ini biaya perawatan masih ditanggung oleh RS tempat pasien tersebut dirawat.
Namun, kata Mardiyatmo, pihaknya sudah mengirimkan surat kepada Menteri Kesehatan untuk meminta penjelasan terkait penyelesaian anggaran biaya pengobatan pasien pengungsi yang dirawat di RS.
(ANT/S026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010