Yokohama (ANTARA News/AFP) - Menteri luar negeri Jepang Rabu mengatakan pembicaraan perdagangan global akan memecahkan pembatasan untuk ekspor dan impor, berminggu-minggu setelah China mengakhiri pengiriman "rare earth" (mineral langka) untuk Jepang.
Seiji Maehara mengatakan dia membuat komentar untuk 21 rekan-rekannya anggota forum Kerja sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) yang bertemu di Yokohama dekat Tokyo, menjelang KTT blok itu pada akhir pekan.
China sejak akhir September membatasi ekspor logam mineral langka ke Jepang yang digunakan dalam berbagai produk teknologi tinggi, sumber industri melaporkan, di tengah sengketa teritorial antara kedua raksasa Asia itu.
China dilaporkan juga memperlambat pengiriman ke Amerika Serikat dan di tempat lain.
Perdana Menteri Jepang Naoto Kan dan Presiden AS Barack Obama diharapkan akan membahas isu tersebut ketika mereka bertemu di sela-sela pertemuan puncak.
Maehara, setelah pertemuan para menteri APEC Rabu, mengatakan kepada wartawan bahwa pembatasan ekspor harus dibicarakan di APEC dan Organisasi Dagang Dunia (WTO).
"Dalam sambutan saya, saya mengatakan pembahasan WTO telah lama fokus pada pembatasan impor," katanya.
"Tapi kita perlu mendiskusikan pembatasan ekspor dalam pertemuan WTO, saya usulkan, saat kita menghadapi kelangkaan sumber daya dan bahan makanan karena populasi (dunia) meningkat."
"Saya berharap kami bisa melakukan diskusi tersebut dalam pertemuan WTO atau APEC yang akan datang."
Di sela-sela pertemuan, menteri perdagangan Jepang Akihiro Ohata
setuju dengan Wakil Menteri Luar Negeri AS Jim Steinberg untuk bekerja sama mengamankan mineral langka, seorang pejabat pemerintah Jepang mengatakan.
"Menteri Ohata mengatakan ia ingin bertukar pandangan dan bekerjasama dalam mengembangkan alternatif dan daur ulang mineral langka," kata pejabat itu, menambahkan bahwa kedua belah pihak sepakat untuk mempertimbangkan kembali ketergantungan mereka pada mineral langka China.
China mengontrol lebih dari 95 persen dari pasar global mineral langka.
Beijing telah berulangkali membantah telah mengurangi ekspor logam penting dan mengatakan tidak akan menggunakan hampir monopoli global sebagai "alat tawar-menawar".
Kelompok dari 17 elemen yang digunakan pada produk mulai dari televisi layar datar, ponsel, laser dan mobil hybrid hingga peralatan militer seperti seperti rudal, mesin jet dan kacamata malam.
Komentar Maehara juga menunjuk kekhawatiran lama atas keamanan pangan di Jepang, yang mengimpor lebih dari separuh makanan, sebuah kekhawatiran meningkat setelah lonjakan dramatis dalam harga gandum dalam beberapa tahun terakhir.
Pertemuan menteri APEC di Jepang bulan lalu memperingatkan bahwa "keamanan makanan global berdiri di persimpangan jalan. Harga makanan melonjak pada 2007 dan 2008 sehingga membangunkan seruan tentang kerentanan keamanan pangan jangka panjang". (A026/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010