Jakarta (ANTARA News) - Dari bahasa tubuhnya, Presiden Amerika Serikat Barack Obama agaknya memiliki ikatan emosional yang lebih kuat ke Indonesia ketimbang negara-negara lain yang pernah dikunjunginya.
"Indonesia bagian dari diri saya," katanya di Universitas Indonesia, Depok, Rabu.
Bukan hanya karena dia mempunyai keluarga asal Indonesia dan pernah tinggal di Jakarta, tapi juga karena dia mungkin melihat Indonesia memang penting bagi AS.
Sejak menjejakkan kaki di Halim Perdanakusumah, memeluk hangat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, sampai kuliah umum di UI, gerak tubuh Obama mengisyaratkan dia nyaman berada di Indonesia.
"Pulang kampung nih," katanya, mengisyaratkan Indonesia dipandangnya lebih dari sekedar negara yang dikunjunginya.
Kedekatannya dengan negeri ini dia gambarkan lewat cerita Jakarta tempo dulu kepada ribuan orang yang diantaranya 2.000 mahasiswa yang lahir jauh setelah 1960an di mana dia pernah tinggal di Jakarta.
Dia bandingkan itu dengan kondisi sekarang untuk menegaskan bahwa Indonesia telah jauh berkembang dan masuk elite ekonomi dunia sehingga AS tidak boleh mengabaikannya.
Para pakar AS sendiri mengingatkan bahwa Indonesia adalah pemain kunci di Asia Tenggara. Kantor berita Reuters bahkan menyebut AS kini meyakini Indonesia sekelas anggota blok ekonomi baru dunia yang terus meningkat pengaruhnya; BRIC (Brazil, Rusia, India dan China).
AS juga melihat Indonesia sebagai pelita demokrasi Asia Tenggara, apalagi bagian terbesar kawasan ini cenderung berpemerintahan otoriter.
"Kami melihat Indonesia sebagai persimpangan banyak kepentingan kunci Amerika dan kami melihat ini sebagai kemitraan amat penting demi masa depan kepentingan Amerika di Asia dan dunia," kata Deputi Penasihat Keamanan AS Ben Rhodes.
Obama sendiri menyatakan, AS berkepentingan menjamin pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Oleh karena itu dia melihat pentingnya membangun kemitraan di banyak bidang (kemitraan komprehensif) dengan Indonesia.
Di antara yang disebut Obama adalah energi ramah lingkungan (green energy), satu tema baru yang tak pernah ditawarkan para presiden Amerika sebelumnya.
"Amerika mendukung kepemimpinan kuat negeri Anda dalam upaya global memerangi perubahan iklim," kata Obama menekankan sasaran ideal dari energi ramah lingkungan itu.
Ketika hutan-hutan Indonesia rusak oleh eksploitasi bisnis, tawaran Obama ini adalah lampu hijau agar Indonesia kian aktif lagi menyelamatkan ekosistemnya.
Obama juga melihat Indonesia sebagai mitra dagang penting. "Kami ingin menjadi (mitra dagang) nomor satu (bagi Indonesia)," katanya dalam jumpa pers bersama Yudhoyono, Selasa, setelah Presiden RI ini mengungkapkan bahwa AS adalah pasar ketiga terbesar Indonesia.
Namun, Obama meminta Indonesia mendorong terciptanya iklim usaha transparan, akuntabel dan bebas korupsi. "Pembangunan adalah tentang bagaimana gagasan yang baik tak dicekik oleh korupsi," katanya.
Bagi Obama, mengutip Joshua Kurlantzick dari Council on Foreign Relations, tantangan pemerintahan Yudhoyono adalah mengambil langkah lebih kuat lagi dalam menangani soal-soal yang menjadi perhatian Washington, seperti memerangi korupsi dan menciptakan iklim investasi yang sehat.
Untuk dunia
Obama tak hanya ke Jakarta untuk merekatkan hubungan dengan Indonesia, tapi juga menyampaikan pesan-pesan penting kepada dunia, terutama dunia Islam dan juga China.
Di kampus UI, Presiden Obama mengajak dunia membangun demokrasi dan memahami kemajemukan, seperti Indonesia menegakkan dua fondasi kehidupan madani ini. Dia bahkan menunjuk semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" sebagai referensi penting bagi dunia.
"Ini adalah fondasi dari teladan Indonesia untuk dunia, dan ini adalah alasan mengapa Indonesia akan berperan penting di abad 21," katanya.
Obama mungkin tak memahami semboyan itu dari buku atau referensi. Dia mungkin mendapatkan pemahaman ini semasa bersekolah di Indonesia dulu, atau mungkin dari pengalaman bersosialisasi semasa kecil di Indonesia dan ibunya yang selalu mengajarinya tentang multikulturalisme.
Yang pasti kefasihan seperti itu lahir karena dia jauh lebih mengenal Indonesia ketimbang kebanyakan elite politik AS lainnya.
Sementara itu di Mesjid Istiqlal, mesti tak berpidato semenit pun, gambaran Obama masuk mesjid dengan mengapit imam Mesjid Istiqlal, bersama istrinya Michelle yang berkerudung, adalah pesan kuat untuk dunia, khususnya dunia Islam, bahwa Obama dan Amerika tak bermasalah dengan Islam.
"Amerika tidak sedang dan tidak akan pernah, berperang dengan Islam," katanya kemudian di UI.
Obama tahu musuh-musuh politiknya akan mempolitisir warna keyakinannya karena memasuki Istiqlal, mengucapkan assalamualaikum, dan membiarkan istrinya berkerudung.
Tapi Obama menghadapi risiko itu karena tahu bangsanya tak gampang dididihkan oleh sentimen semacam itu.
Buktinya, sekalipun pada pemilu sela pekan lalu partai Demokrat kalah dari Republik, alasan utama dari kekalahan itu bukan karena Obama berpeci atau masuk mesjid.
Kekalahan Demokrat di DPR terjadi setelah pemilihnya menyeberang ke Republik karena kecewa pada manajemen ekonomi pemerintahan Obama, tulis Washington Post (3/11).
Penting Juga
Sejumlah kalangan menilai kunjungan singkat Obama ke Indonesia menunjukkan AS tak menganggap penting Indonesia. Namun jika mengikuti pidato Obama di UI, klaim itu agak kurang tepat karena Obama malah melihat Indonesia sestrategis sekutunya yang lain.
Boleh jadi Obama merasa AS tak bermasalah dengan Indonesia sehingga tak perlu berlama-lama "meyakinkan" atau "membujuk" Indonesia demi kesepakatan-kesepakatan bilateral yang diharapkan hadir kemudian.
Obama tak merasa Indonesia "merampas" kesempatan kerja pekerja-pekerja IT seperti dikeluhkan AS kepada India. Obama tak melihat Indonesia merusak keseimbangan neraca perdagangannya seperti dirasakan AS dari China.
Obama juga tak memandang pasar ekonomi Indonesia sesulit Korea Selatan yang meski diikat perjanjian perdagangan bebas, tetap sukar ditembus produk Amerika.
Lagi pula, berkat investasi budaya bertahun-tahun, AS bisa mengandalkan "sahabat-sahabat Amerika" untuk tetap menjaga pandangan bahwa Amerika tetap penting bagi Indonesia.
Para sahabat Amerika ini terdiri dari elite yang bisa saja wartawan, politisi, intelektual kampus, teknokrat, pengusaha, birokrat, aktivis atau bahkan seniman.
Dengan sahabat-sahabat sevital itu, Obama mungkin tak punya alasan untuk mencemaskan Indonesia berpaling dari AS.
Namun, dengan terbang ke Seoul tanpa menyinggahi Australia, itu menunjukkan Indonesia sebenarnya dianggap lebih penting ketimbang Australia yang justru sekutu tradisional AS yang hampir selalu menjadi tujuan lawatan para presiden AS.
Para pakar strategis sendiri menganggap AS mesti merengkuh Indonesia dalam rangka menandingi pengaruh China yang akhir-akhir ini membuat cemas negara-negara di Asia Tenggara.
Tak heran, mengutip Reuters, kunjungan Obama ke Jakarta juga dicermati serius oleh negara-negara Asia Tenggara lainnya, yaitu apakah pertemuan itu memunculkan komitmen AS untuk mengimbangi pengaruh Beijing di kawasan ini. (*)
AR09/B010
Oleh Jafar M. Sidik
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010