Tehran (ANTARA News/AFP) - Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad pada Rabu menekankan bahwa Iran tidak akan berunding tentang hak dasarnya dan mendesak Barat turun dari "menara gading" bila ingin mengadakan pembicaraan tentang nuklir.

"Kami mengatakan beberapa kali bahwa warga Iran tidak akan berunding dengan siapa pun terkait hak dasar," kata pemimpin tersebut dalam pidato di kota Qazvin di utara, yang disiarkan langsung oleh televisi pemerintah.

Ahmadinejad menyatakan putaran baru pembicaraan harus dilangsungkan dalam keadaan seimbang dan untuk menyelesaikan masalah dunia.

"Kami sudah mengatakan bahwa pembicaraan harus didasarkan pada keadilan dan rasa hormat. Artinya, Anda harus turun dari menara gading dan rasa congkak," katanya dalam pidato mengarah ke pihak Barat.

"Tangan yang diangsur dengan kejujuran akan disambut warga Iran, namun bila tangan itu dipenuhi kecurangan dan persekongkolan, warga Iran akan menyingkirkannya, selalu," katanya kepada penontonnya, yang berteriak, "Mampus Amerika!"

Tindakannya itu terjadi menjelang pembicaraan, yang diperkirakan dihadiri Iran dan enam negara besar --Inggris, China, Prancis, Rusia, Amerika Serikat, dan Jerman-- guna membicarakan kegiatan nuklir Tehran, yang bermasalah.

Pada Selasa, Iran mengatakan kepada enam negara tersebut bahwa negara itu siap berunding dengan mereka pada 23 November atau 5 Desember di Istanbul, kata diplomat Eropa.

Kepala urusan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton, yang mewakili enam negara itu, pada bulan lalu mengajukan tawaran pembicaraan, yang direncanakan berlangsung sejak 15 November di Wina, tempat badan pemantau nuklir PBB bermarkas.

Pembicaraan tersebut diajukan untuk menenangkan kekhawatiran Barat atas Iran, yang dicurigai membuat senjata atom dengan tameng kegiatan nuklir untuk tujuan damai. Tehran membantah tuduhan itu.

Iran berulang kali mengatakan bahwa sebagai anggota dari kesepakatan Perjanjian Tak Menyebarkan (NPT), Iran berhak menerapkan teknologi nuklir bersifat damai, sehingga mulai membangun usaha pengayaan uranium.

Barat menginginkan Iran meninggalkan pengayaan nuklirnya dan usaha itu didukung empat hukuman PBB atas republik Islam tersebut.

Ahmadinejad berkali-kali menyatakan negara besar itu harus menanggapi tiga syarat, yang diminta Iran.

Tehran menyatakan pembicaraan harus berdasarkan atas "perjanjian dan kerja sama", dengan negara besar itu tidak boleh mengancam dan menekan dan masalah persenjataan nuklir musuh lama Iran, Israel, harus diangkat dalam pembahasan.

"Bila Anda tidak memberikan pandangan Anda (mengenai syarat itu), kami akan memandang Anda dengan pemahaman kami sendiri dan berbicara dengan Anda berdasarkan atas masa lalu Anda," kata Ahmadinejad.

"Bila Tuhan melarang sebagian dari kalian masih memiliki sifat buruk menjajah dan mementingkan diri sendiri, mereka harus tahu bahwa tanggapan rakyat Iran akan tetap sama," katanya.

Meski dikenai hukuman PBB dan sanksi sepihak lain dari beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, Iran tetap melangsungkan kegiatan nuklirnya di bawah pemerintahan Presiden Ahmadinejad.

Republik Islam tersebut terus meningkatkan tingkat pengayaan uraniumnya hingga mencapai 20 persen pada Februari, yang membuat geram Barat.

Pengayaan uranium adalah bagian paling bermasalah dari pengolahan atom Tehran, yang dapat digunakan untuk menggerakkan pembangkit tenaga nuklir dan menjadi senjata.

(Uu.KR-DLN/B002/R009)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010