Banda Aceh (ANTARA) - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Aceh mengingatkan pemerintah provinsi untuk mempersiapkan diri dengan kemungkinan terburuk kondisi pandemi COVID-19 di daerah Tanah Rencong itu, dipicu oleh kasus positif baru yang terus meningkat.
"Pemerintah harus bersiap kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi di Provinsi Aceh. Termasuk harus menyiapkan stok obat-obatan, oksigen, APD dan sebagainya," kata Ketua IDI Aceh dr Safrizal Rahman di Banda Aceh, Sabtu.
Akhir-akhir ini, dia menjelaskan, Aceh tengah mengalami peningkatan kasus baru COVID-19 secara signifikan. Bahkan pada Jumat (13/8) kemarin, kasus harian bertambah mencapai 411 orang, sekaligus ini menjadi penambahan harian tertinggi sepanjangan pandemi di Aceh.
Bahkan, kata dia, peningkatan kasus baru tersebut tidak hanya terjadi pada kelompok orang dewasa, tetapi infeksi COVID-19 itu juga terus menyasar kelompok anak yang turut menunjukkan peningkatan.
Oleh sebab itu, IDI Aceh mengeluarkan beberapa rekomendasi kepada Pemprov Aceh agar menyikapi peningkatan kasus denga baik, terutama wilayah Kota Banda Aceh dan Aceh Besar sudah pada tingkat yang sangat mengkhawatrikan.
Kemudian peningkatan kasus terhadap kelompok anak di Aceh juga menunjukkan tren yang sangat tinggi, bahkan sampai memakan korban jiwa, katanya.
"Dalam catatan kami paling tidak dalam Minggu ini, ada empat orang anak meninggal dunia karena COVID-19. Bahkan dua hari belakang anak-anak yang meninggal dunia bukan anak-anak yang memiliki penyakit penyerta tapi adalah anak-anak yang sehat," katanya.
Sebab itu, IDI juga meminta orang tua untuk memberi pelayanan yang maksimal terhadap anak dalam melindungi diri agar tidak tertular dari COVID-19, termasuk dengan cara memberikan vaksinasi COVID-19 bagi anak yang telah berumur di atas 12 tahun.
"Kita mendorong masyarakat agar anaknya mau divaksinasi. Kita juga meminta masyarakat untuk terus disiplin menerapkan protokol kesehatan dan Satgas COVID-19 harus melakukan pengawasan dengan ketat," katanya.
IDI juga meminta pemerintah untuk membuka layanan kontak pelacakan (tracing) berbasis tes swab (usap) PCR untuk mendapati kasus-kasus baru. Tidak hanya bagi mereka yang bergejala, tetapi juga mereka yang tidak bergejala.
"Kalau ada aturan satu orang positif maka kita harus melakukan tracing minimal 10 orang, maka ini adalah solusi untuk melakukan hal tersebut," katanya.
IDI Aceh juga mengingatkan agar penerapan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 4 di Banda Aceh harus diikuti dengan penegakan yang ketat dan komprehensif.
"Banda Aceh diminta agar menerapkan PPKM level 4, maka penetapan ini salah satu cara yang tepat dalam upaya menurunkan kasus, sehingga harus diikuti dengan penegakan yang disiplin," katanya.
Baca juga: Tahun Baru Hijriah momentum perkuat ikhtiar lawan pandemi
Baca juga: Gubernur Aceh perpanjang PPKM
Baca juga: Banda Aceh masuk PPKM level 4, warga diminta patuhi prokes
Baca juga: Satgas: Aceh Singkil dan Aceh Tengah zona merah COVID-19
Pewarta: Khalis Surry
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2021