"Kalau memang Greenpeace punya data yang berbeda, mari kita perjelas perbedaan itu," kata Yanto di Jakarta, Selasa, menanggapi kontroversi data kerusakan lingkungan di Indonesia.
Menurut Yanto, seluruh data yang dimilikinya berdasarkan hasil penelitian, sehingga pihaknya berani mempertanggungjawabkannya.
Yanto mengatakan adanya pertemuan antara dirinya sebagai peneliti dengan Greenpeace secara terbuka sangatlah diperlukan untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat. Dengan demikian, masyarakat bisa menilai, pihak mana yang bisa dipegang keakuratan datanya.
Dalam debat terbuka itu, lanjut Yanto, diharapkan akan ada titik temu, di mana letak perbedaan dan bagaimana menyamakannya. Sebab, hasil investigasi itu baru bisa dikatakan akurat dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya jika sudah ada hasil penelitian.
Ditanya soal tudingan yang menyatakan dua peneliti IPB sebagai antek-antek HPH, Yanto mengatakan dirinya tidak mau meladeni hal-hal yang bersifat pribadi.
"Kapasitas saya kan sebagai peneliti dan mengungkapkan hasil penelitian saya. Kalau dia bilang saya antek HPH, terserah dia. Orang kan bisa menilai, mana yang benar dan mana yang salah. Yang terpenting, saya bisa menjaga independensi saya sebagai ilmuwan," jelasnya.
Yanto juga mengatakan LSM memang dibutuhkan sebagai penyeimbang. Tapi suara-suara LSM yang dilontarkan ke publik itu harus didukung oleh data-data hasil penelitian dan jangan hanya data hasil investigasi saja.(*)
(U002/R009)
Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010
Hutan Indonesia memang udah rusak parah kok.
Jaman dulu hutan Sumatera itu luas dan bagus, harimau sumatera-nya juga banyak. Sekarang??? hutan rusak parah jadi kebun sawit semua, harimau sumatera beberapa tahun lagi juga punah.
Ayolah realistis aja Pak Yanto, Pak Yanto cuman bisa bilang dari data, data dari mana Pak? Apakah bapak pernah terjun langsung ke area tersebut? Data bisa dimanipulasi Pak, itulah kebiasaan orang Indo.