Pamekasan (ANTARA News) - Budayawan Pamekasan, Madura, Jawa Timur, Kadarisman Sastrodiwiryo menyatakan, lembaga pendidikan pondok pesantren merupakan benteng pertahanan terkuat Bahasa Madura dari ancaman kepunahan.
"Di lembaga pendidikan pondok pesantren tradisi berbahasa Madura masih kuat. Dalam percakapan sehari-hari para kiai pengasuh pondok pesantren selalu menggunakan Bahasa Madura dengan para santrinya. Demikian pula antara santri dengan sesama santri," kata Kadarisman Sastrodiwiryo kepada ANTARA, Selasa.
Di lembaga pendidikan lain, seperti pendidikan formal semisal SMP, SMA, dan SMK penggunaan bahasa Madura memang cendrung berkurang, kendatipun ada muatan lokal untuk pelajaran Bahasa Madura.
Hanya saja, kata Kadarisman, penggunaan Bahasa Madura di lembaga pendidikan formal tidak seperti di lembaga pendidikan pondok pesantren.
"Kalau di pesantren kan seterusnya berbahasa Madura, dan hanya pada waktu tertentu saja yang menggunakan bahasa selain Madura. Makanya menurut hemat saya di pesantren itulah yang sebenarnya merupakan benteng terkuat pertahanan Bahasa Madura," katanya.
"Dadang" sapaan akrab penulis buku "Parebhasan Ban Saloka Madhura (pribahasa dan kalimat kiasan Bahasa Madura) ini lebih lanjut menjelaskan, selama ini memang banyak kecenderungan warga Madura untuk meninggalkan bahasa ibunya.
Hal itu, kata dia, terbukti dengan banyaknya keluarga Madura yang mengajari anak-anaknya dengan Bahasa Indonesia, sehingga meski tinggal di Madura banyak yang tidak mengerti akan Bahasa Madura.
Fenomena ini hampir terjadi di semua wilayah di Madura, mulai dari wilayah paling timur, yakni di Kabupaten Sumenep, hingga di paling barat Pulau Madura, yakni di Bangkalan.
"Ada semacam rasa kurang percaya diri bagi warga Madura untuk menggunakan komunikasi sehari-hari ini dengan bahasanya sendiri," katanya.
Selain lembaga pendidikan pondok pesantren, yang selama ini juga menjadi benteng kuat pertamanan Bahasa Madura dari ancaman kepunahan adalah kelompok kesenian, khusus ludruk Madura.
"Ada juga kelompok-kelompok masyarakat yang memiliki kepedulian untuk terus mempertahankan bahkan berupaya mengembangkan Bahasa Madura dengan membuat buku dan karya ilmiyah berbahasa Madura," katanya menjelaskan.
Kadarisman yang juga Wakil Bupati Pamekasan ini menilai, adanya kelompok semacam itu perlu mendapatkan perhatian pemerintah, sebab mereka ikut berperan serta mempertahankan budaya nasional.
"Budaya Madura ini kan salah satu unsur dari budaya nasional. Jika satu saja unsur dari budaya nasional hilang, maka begitu juga dengan budaya nasional, dan budaya salah satunya adalah dari sisi bahasa," katanya. (ZIZ/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010