Kerinci (ANTARA News) - Kepala Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat menyatakan berbagai jenis satwa yang sebelumnya di anggap punah ternyata masih ditemukan keberadaannya di Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS).

"Ya, memang diantara beberapa satwa yang dianggap punah masih ditemukan keberadaannya di dalam kawasan rimba TNKS," ungkap Staff Humas dan Evaluasi Lapangan (Evlap), Yohan Hendratmoko, di Jambi, Selasa.

Disampaikannya beberapa satwa yang sempat dianggap telah punah dan masih ditemukan keberadannya di hutan TNKS Kerinci adalah Kucing Emas, Kelinci Kerinci, dan Burung Abang Pipi.

Berdasarkan pencatatan yang dilakukan tim patroli rimba satuan Polisi Hutan (Polhut) Ketiga satwa itu ditemukan masih ada di dalam kawasan TNKS.

"Dari Patroli dan rekaman foto, satuan Polhut mendapati masih adanya keberadaan satwa tersebut. Meskipun jarang dan sulit dijumpai namun satwa itu kini bisa dipastikan masih ada dan belum punah," katanya.

Kucing emas, kata dia, adalah sejenis kucing besar berbulu kuning keemasan dan hitam legam, seperti Puma Amerika. Namun ukurannya lebih kecil dari Puma.

Kucing ini diperkirakan berukuran dengan panjang antara 30 hingga 50 cm atau paling besar berukuran hampir sebesar anjing.

Sementara Kelinci Kerinci yang telah lama dinyatakan punah, ternyata masih dapat ditemukan keberadaannya di hutan TNKS. Kelinci Kerinci adalah jenis kelinci yang bertubuh lebih kecil dari kelinci lainnya dan betelinga lebih pendek. Kelinci ini adalah jenis Kelinci liar yang tidak suka bertemu dengan manusia.

Begitu juga dengan burung Abang Pipi. Meskipun sangat susah di jumpai, burung berbulu cantik yang memang hidup sendiri-sendiri (bukan dalam kelompok atau koloni) ini ternyata masih ada dan belum punah.

Namun, walaupun satwa-satwa tersebut dinyatakan masih belum punah dan masih dapat ditemukan keberadaannya, pihak BB TNKS mengakui masih belum bisa mendata jumlah individu atau populasi keseluruhan yang masih tersisa.

"Masih ada tapi kita tidak bisa mencatat populasinya. Meskipun pada prinsipnya hewan-hewan tersebut sulit ditemukan karena memang satwa liar paling tidak suka bertemu manusia, namun bagi pecinta atau peneliti satwa, dengan berbekal peralatan rekam canggih, perlengkapan penyamaran, pengetahuan tentang prilaku satwa bersangkutan dan ditambah kesabaran, satwa tersebut masih bisa dijumpai," tandasnya. (ANT-144/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010