Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Koperasi dan UKM mengkaji dan merintis pengembangan desa wisata atau agroekoturisme yang dikelola oleh koperasi di empat wilayah sampel yakni Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan Sulawesi Utara.

"Dari kajian ini setelah memperhatikan aspek potensi sumber daya alam dan faktor-faktor lainnya direkomendasikan bahwa koperasi berpeluang baik untuk dapat mengelola agroekoturisme," kata Deputi Bidang Pengkajian Sumber Daya UKMK Kementerian Koperasi dan UKM, I Wayan Dipta, di Jakarta, Selasa.

Pihaknya juga mempertimbangkan aspek lain berupa keanekaragaman hayati, sosial ekonomi, kelembagaan, dan sarana prasarana desa setempat yang akan dikembangkan sebagai desa agroekoturisme.

Ia mengatakan, karena koperasi berpeluang besar untuk sukses mengelola agroekoturisme maka pihaknya akan menindaklanjuti kajian terhadap sampel empat desa wisata tersebut.

"Kami segera mengembangkan proyek rintisan tersebut pada tahap awal di provinsi Jawa Timur dan Bali," katanya.

Setelah dilakukan koordinasi dengan pemerintah daerah terkait, maka untuk Provinsi Jawa Timur, daerah yang dinilai memiliki potensi pengembangan wisata agroekoturisme adalah Kota Batu, Malang. Sedangkan untuk Provinsi Bali adalah Kabupaten Bangli.

Wayan Dipta menambahkan, dalam kegiatan rintisan pengembangan agroekoturisme melalui koperasi itu diperoleh hasil yaitu ada dua koperasi yang akan dijadikan rintisan yang berada di wilayah Kota Batu dan Kabupaten Bangli.

"Untuk koperasi di Kota Batu adalah Koperasi Petani Bumiaji dan untuk koperasi di Kabupaten Bangli adalah Koperasi Unit Desa Sulahan," katanya.

Koperasi Bumiaji diproyeksikan mengelola obyek wisata agroekoturisme di Kota Batu Malang yang merupakan penghasil apel, bunga, dan sayuran organik.

Sedangkan KUD Sulahan di Kabupaten Bangli diproyeksikan mengelola pengembangan OVOP (One Village One Product) untuk perkebunan jeruk, padi organik, buah-buahan, dan sayur-mayur.

"Adanya rintisan ini diharapkan koperasi akan memperoleh manfaat berupa pengembangan usaha koperasi yang menguntungkan, optimalisasi pelibatan masyarakat anggota koperasi, serta melestarikan lingkungan dan budaya," kata Wayan.

Koperasi Bumiaji pada 2010 telah membangun balai informasi yang menjadi tempat singgah pertama bagi pengunjung untuk mendapatkan informasi pariwisata di daerah itu.

Sementara KUD Sulahan telah membangun pondok wisata, sarana outbond, saung wisata, dan membuat tempat atraksi wisata perdesaan.

Dua koperasi itu akan difasilitasi untuk bekerja sama dengan pihak-pihak terkait misalnya hotel, restoran, dan biro perjalanan wisata.

"Kami melaksanakan monitoring daerah pengembangan rintisan agroekoturisme untuk memastikan proyek rintisan ini berjalan dengan baik," kata I Wayan Dipta.

Pihaknya berharap pengembangan agroekoturisme berbasis koperasi dapat segera direplikasi dan diterapkan di provinsi lain.(*)
(T.H016/S022/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010