Kepala BBIAT Muntilan, Martopo, di Magelang Senin mengatakan, akibat kematian ikan-ikan tersebut BPBIAT menderita kerugian sekitar Rp1,2 miliar termasuk nilai bangunan yang rusak akibat tertimpa abu dan pasir vulkanik.
BPBIAT mempunyai lahan seluas 2,6 hektare untuk budidaya berbagai jenis ikan, antara lain gurame, karper, tawes, ikan mas, nila merah, nila hitam, dan arwana.
Ia menyebutkan, kerugian akibat ikan mati tersebut antara lain induk koi Rp150 juta, induk gurame Rp100 juta, induk karper dan tawes Rp100 juta, dan induk arwana Rp100 juta.
Selain itu, katanya sejumlah bangunan BPBIAT juga rusak parah akibat terkena hujan pasir dan debu. Beberapa atap bangunan ambruk karena tidak kuat menahan tebalnya abu dan pasir.
"Kami mengalami kerugian sangat besar karena yang mati tidak hanya bibit ikan namun juga indukan," katanya.
Menurut dia ikan-ikan tersebut tidak bisa dikonsumsi karena mengandung belerang dengan kadar tinggi. Ikan-ikan teraebut akan dikubur di dekat kolam BPBIAT agar tidak mencemari lingkungan.
Ia mengatakan, lumpuhnya BPBIAT mengancam persedian bibit ikan di Jawa Tengah karena setiap bulan BPBIAT memasok sekitar empat juta ikan berbagai jenis kepada para petani dan pembudidaya ikan.
Selama ini, katanya, Kabupaten Magelang merupakan pemasok utama ikan di Indonesia. Bibit ikan di Magelang juga dikirim ke Lampung, Riau, dan sejumlah daerah di Kalimantan.
Menurut dia pemulihan kondisi lahan tidak cukup satu hingga dua bulan, tetapi bisa satu tahun. "Kami harus melakukan pengerukan kolam untuk menghilangkan abu dan pasir vulkanik, setelah itu dikapur dan dilanjutkan pemupukan," katanya.
(ANT/S026)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010