Semarang (ANTARA News) - Rektor Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) PGRI Semarang, Muhdi, mengatakan bahwa proses pendidikan bagi anak-anak yang berada di tempat pengungsian harus tetap berjalan.
"Selama ini, sektor pendidikan sepertinya belum banyak diperhatikan terkait bantuan bagi para pengungsi, padahal banyak di antara mereka anak-anak yang harus tetap bersekolah," katanya di Semarang, Senin.
Menurut Muhdi yang juga Sekretaris Umum PGRI Jawa Tengah itu, dampak dari relokasi penduduk di daerah rawan bencana ke tempat aman tentunya menyebabkan mereka tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasa.
Ia mengatakan bahwa anak-anak yang semula bersekolah akhirnya harus berada di pengungsian dan apabila sektor pendidikan itu tidak diperhatikan dikhawatirkan mereka akan tertinggal dalam pembelajaran.
"Untuk membantu mengatasi permasalahan itu, kami mengirimkan tenaga pendidik ke tempat-tempat pengungsian untuk menyelenggarakan proses pendidikan bagi para anak-anak pengungsi tersebut," katanya.
Kondisi psikologis anak-anak, kata Muhdi, sangat rawan, terutama akibat bencana tersebut sehingga perlu mendapatkan bimbingan dari berbagai pihak, baik dalam sisi psikologis maupun pembelajaran.
"Kondisi para anak-anak tersebut tentunya tidak bisa dibiarkan telantar dalam pembelajaran, setidaknya mereka harus mendapatkan pembelajaran secara formal untuk mengejar ketertinggalan selama ini," katanya.
Pemberangkatan para relawan IKIP PGRI Semarang, kata dia, dilakukan Senin (8/11) dan rencananya mereka akan menggelar kegiatan belajar-mengajar darurat di sejumlah tempat pengungsian korban Merapi.
"Untuk relawan yang akan bertindak sebagai guru, merupakan tenaga yang sudah terdidik dan profesional yang diharapkan bisa membantu menangani masalah pendidikan bagi anak-anak pengungsi Merapi," kata Muhdi.
Sementara itu, Koordinator Tim Relawan IKIP PGRI Semarang, Joko Suliyanto mengatakan jumlah personel yang diberangkatkan sebanyak 25 orang, sebagian besar bertindak sebagai guru, kemudian psikolog, dan relawan umum.
Selain memberangkatkan tenaga pendidik ke tempat pengungsian, lanjutnya, IKIP PGRI Semarang juga mengirimkan bantuan makanan dan obat-obatan untuk membantu para pengungsi Merapi.
"Para relawan yang akan menjadi guru merupakan mahasiswa tingkat akhir yang sudah disiapkan menjadi pengajar profesional, beberapa dosen dan psikolog juga ikut membantu memulihkan psikis pengungsi," kata Joko.
(KR-ZLS/M028/S026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010