Kami mencatat pada Juni 2021 setelah beroperasi satu tahun (fasilitas RDF diresmikan pada tanggal 21 Juli 2020, red.), sampah yang telah diolah untuk dijadikan bahan bakar alternatif mencapai kurang lebih 47.000 ton....
Cilacap (ANTARA) - Fasilitas pengolahan sampah menjadi energi alternatif (refuse derived fuel/RDF) di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, telah memanfaatkan 47.000 ton sampah untuk dijadikan bahan bakar, kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Cilacap Wasi Aryadi.
"Kami mencatat pada Juni 2021 setelah beroperasi satu tahun (fasilitas RDF diresmikan pada tanggal 21 Juli 2020, red.), sampah yang telah diolah untuk dijadikan bahan bakar alternatif mencapai kurang lebih 47.000 ton. Hal ini menunjukkan keberadaan fasilitas RDF telah mampu membuat paradigma baru cara memanfaatkan sampah, dan sampah masih memiliki nilai ekonomi," kata dia yang juga Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Sekretaris Daerah Cilacap Wasi Aryadi di Cilacap, Jumat.
Ia mengatakan dengan adanya fasilitas pengolahan sampah RDF dan teknik pengolahan sampah yang lebih ramah lingkungan membantu mengurangi, bahkan menghilangkan potensi pencemaran tanah oleh air lindi serta penumpukan sampah yang menimbulkan bau menyengat dan tidak adanya investasi untuk pembelian lahan baru untuk lokasi penumpukan sampah.
Baca juga: Menteri LHK: Pengelolaan sampah Indonesia capai 55,96 persen
Menurut dia, pemanfaatan sampah menjadi bahan bakar alternatif saat ini masih menjadi salah satu pilihan terbaik selain dimanfaatkan menjadi tenaga listrik.
"Keberadaan industri semen di Kabupaten Cilacap menjadi pemetik manfaat dari hasil pengolahan sampah menjadi kunci untuk keberlanjutan dan pengembangan dari fasilitas pengolahan sampah di Cilacap," katanya
Sementara itu, General Manager PT Solusi Bangun Indonesia Tbk Pabrik Cilacap Istifaul Amin mengatakan sampah yang telah diolah di fasilitas RDF tersebut digunakan oleh PT Solusi Bangun Indonesia Tbk yang merupakan anak perusahaan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk sebagai bahan bakar di industri semen yang akan menggantikan sebagian batu bara. "Sampai saat ini operasi kami berjalan lancar," katanya.
Menurut dia, sampah kering yang dihasilkan dari fasilitas pengolahan sampah yang siap dibakar di pabrik semen tersebut memiliki kadar air di bawah 25 persen.
Ia mengatakan untuk mencapai kadar air tersebut, proses pengolahan sampah menggunakan metode pengeringan bio drying selama 21 hari.
Saat ini, kata dia, fasilitas pengolahan sampah terus melakukan pembenahan seiring dengan perhatian serius dari berbagai pemangku kepentingan demi keberlangsungan dan kelancaran operasional RDF.
Baca juga: Menteri LHK: Bank sampah berperan penting membangun bangsa
Selain itu, potensi untuk menambah jumlah sampah yang diolah sangat terbuka, sehingga kemampuan pengolahan akan lebih optimal dan menghasilkan sampah kering sebagai bahan bakar alternatif dalam jumlah yang besar.
"Selain memanfaatkan sampah sebagai bahan bakar, kami juga mengembangkan pemberdayaan masyarakat dengan pembentukan bank sampah dan gerakan pilah sampah dari rumah serta memanfaatkan sampah basah untuk pupuk," katanya
Ia mengatakan seiring dengan berjalannya waktu dan pertumbuhan penduduk, jumlah sampah akan terus meningkat sehingga diperlukan upaya lain untuk mengelola sampah agar lebih bermanfaat.
Menurut dia, terbentuknya bank sampah di berbagai tempat dan gerakan pilah sampah dari rumah telah banyak membantu dalam penanganan sampah mulai dari sumbernya.
"Memanfaatkan sampah untuk bahan bakar alternatif dan pemanfaatan lain adalah bentuk kepedulian dan cinta untuk lingkungan hidup yang bersih dan berkelanjutan.
Fasilitas RDF yang diresmikan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut B Pandjaitan pada tanggal 21 Juli 2020 berada di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Desa Tritih Lor, Kabupaten Cilacap, dengan luas lahan mencapai 3 hektare.
Pewarta: Sumarwoto
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2021